Kebijakan
Yahudi Untuk Menggenggam Dunia Lewat Ekonomi
Rencana dari
Illuminati adalah menciptakan dunia di bawah kendali Lucifer (malaikat
pengkhianat Tuhan, yang mengklaim dirinya sebagai “Sang Pembawa Cahaya”),
sebuah Pemerintahan Satu Dunia, di mana seluruh populasi akan bekerja dan
menjadi budak dari Lucifer dan manusia-manusia pelayannya. Dan salah satu tahap
terpenting untuk mencapai tujuan ini adalah memusnahkan seluruh kelas menengah.
Orang-orang
miskin tidak memiliki sumber dana dan energy untuk melawan, mereka melewati
hari-hari mereka hanya untuk bertahan hidup. Kelas menengah, walaupun secara
individu tidak sekaya kelas atas, tetapi total uang yang dimiliki seluruh warga
kelas menengah lebih besar dari orang kaya, sebab jumlah populasi kelas
menengah sedemikian besarnya. Selama kelas menengah masih eksis dan punya
kapasitas untuk melawan, para pelayan Lucifer tidak bisa merayakan kemenangan
mereka.
Untuk
memusnahkan kelas menengah dan menekan habis orang miskin, tanpa membuat mereka
curiga dan balas melawan, cara-cara yang digunakan Illuminati adalah sebagai
berikut:
- Memberikan pinjaman dan menjerat kelas menengah dan miskin ke dalam hutang dengan mengenakan bunga (riba). Dengan demikian Illuminati harus memegang kendali bisnis perbankan.
- Menyita daya beli tabungan mereka dengan terusmenerus menambah suplai uang baru, menyebabkan inflasi dan turunnya daya beli setiap unit mata uang yang beredar. Inflasi adalah pajak tak terlihat, yang tidak akan disadari oleh kebanyakan orang (ini juga dilakukan dengan cara mengontrol bisnis perbankan).
- Menciptakan siklus boom and bust dalam perekonomian secara berkala, memastikan sejumlah orang untuk bangkrut sehingga harta dan aset jaminan mereka bisa disita. (juga dilakukan lewat kontrol bisnis perbankan).
- Mengontrol semua pasar finansial. Semua orang yang menabung ataupun bertransaksi di pasar keuangan harus membayar uang / komisi tertentu kepada mereka.
- Perang. Tidak ada satu peristiwa apapun yang bisa menandingi perang dalam hal menghanguskan kekayaan dan menciptakan hutang seperti bisa dilakukan oleh perang. Untuk melakukan ini, Illuminati harus selalu merancang konspirasi dan mengadu domba antar kelompok besar antar negara, dan mereka juga harus menyusupkan anggota-anggota mereka ke dalam pemerintahan.
- Pemborosan uang masyarakat lewat program-program yang mubazir (perjalanan luar angkasa, propaganda global warming, dll), ataupun memperbesar lingkup kerja dan skala dari pemerintah, agar pajak yang harus dibayarkan masyarakat semakin besar. Ini berarti Illuminati harus memiliki pengaruh dan berhak mengambil kebijakan di pemerintah dan media.
- Memonopoli korporasi besar penyedia lapangan kerja, menekan gaji dan tunjangan kepada seluruh kelas pekerja.
- Memaksa pemerintah untuk memprivatisasikan layanan utilitas umum seperti listrik, air, dan telepon untuk memastikan agar biaya hidup meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan kelas pekerja.
- Memonopoli semua bisnis komoditi, minyak bumi, gas alam, pertanian, dan pertambangan dan secara bertahap mengurangi pasokan agar harga meningkat melebihi daya beli kelas menengah dan orang miskin.
- Memonopoli hak paten atas berbagai benih agrikultural dan pertanian dan juga teknologi modern. Harga barang (terutama bahan pangan) harus dipertahankan agar tetap tinggi karena orang lain dilarang memproduksi barang sejenis dengan alas an perlindungan hak paten.
- Memonopoli usaha surat kabar, majalah, televisi, dan radio untuk mengendalikan informasi yang boleh ataupun tidak boleh untuk diketahui kelas menengah dan miskin. Selain itu juga perlu mengendalikan system pendidikan dengan merancang kurikulum dan bahan pelajaran yang boleh ataupun tidak boleh untuk dipelajari kelas menengah dan miskin. Ini dilakukan Illuminati dengan cara mengontrol bisnis media dan pendidikan.
- Merusak kesehatan fisik, mental, dan daya piker masyarakat lewat bisnis obat-obat terlarang (opium, ganja, ekstasi, dll), propaganda kekerasan lewat media (buku, komik, film, game komputer dll), dan promosi pornografi bagi generasi muda.
- Mempromosikan cashless society di mana semua uang kertas dan logam akan ditiadakan sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Saat semua orang tidak lagi memiliki uang dalam kantong, dan tergantung sepenuhnya pada selember kartu yang diterbitkan oleh institusi finansial milik Illuminati untuk membeli dan menjual barang dalam hidupnya, kehidupan mereka akan secara absolut berada di tangan Illuminati.
Tentu saja,
rencana-rencana di atas tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Illuminati
telah merancang program di atas sejak zaman dahulu. Dari tahun ke tahun, dari
generasi ke generasi, dan sekarang tampaknya rencana mereka semakin mendekati
kenyataan.
Dalam hal
ekonomi, para Illuminati sekarang memegang kendali sistem perbankan dunia. Saat
ini, semua bank sentral dunia (tidak masalah apakah mereka perusahaan swasta
semacam Federal Reserve maupun bank sentral yang secara hukum dimiliki oleh
pemerintah / negara), bersama dengan bank-bank komersial yang didirikan swasta
(yang sering kali juga adalah pemegang saham utama di bank sentral) menjerat
rakyat masing-masing negara ke dalam hutang, dan secara berkala menciptakan
siklus boom and bust di pasar finansial. Suku bunga rendah selama tahun-tahun
tertentu diikuti dengan suku bunga tinggi di tahun-tahun berikutnya… Pinjaman
kredit yang mudah di tahun-tahun tertentu, dan mendadak pinjaman yang
dipersulit atau bahkan tidak ada pinjaman sama sekali di tahun-tahun berikutnya…
Kami
memprediksi kita akan segera memasuki era inflasi tinggi. Berikut adalah 2
penyebab mengapa inflasi akan melambung tinggi di tahun-tahun mendatang:
Runtuhnya
Dolar Amerika
Satu dekade
yang lalu, saat krisis moneter menyerang Indonesia, hutang dalam negerilah yang
menjadi penyebab inflasi tinggi yang diderita rakyat Indonesia. Di beberapa
tahun mendatang, kita akan kembali ke era inflasi tinggi. Namun, kali ini, yang
menjadi pemicu utama krisis bukan lagi kita sendiri. Pemicu krisis kali
ini akan datang dari negara maju, terutama Amerika Serikat.
Akhir-akhir
ini, kita mendengar “krisis” subprime di Amerika. Koran-koran dan TV sibuk
memberitakan betapa bahayanya “krisis” ini. Kenyataannya para pemilik hedge
fund dan bank-bank yang memberikan pinjaman spekulasi kepada mereka sebenarnya
nyaris tanpa resiko. Mengapa? Karena atas dalih menyelamatkan perekonomian
(katanya bank-bank itu terlalu besar dan terlalu penting untuk dibiarkan bangkrut),
bank sentral selalu “terpaksa” membail-out (menalangi) mereka dengan
menginjeksi uang ke kantong para institusi keuangan ini. Sampai pertengahan
September ini, sudah lebih dari 700 milyar dolar yang dipakai untuk menalangi
institusi finansial di Amerika dan Eropa. Suplai uang baru ini, yang diciptakan
tanpa modal oleh bank sentral, dalam waktu singkat akan menyebabkan inflasi dan
mengurangi nilai uang dari setiap unit uang yang dimiliki masyarakat. Ini
adalah perampokan di siang bolong!
Apakah Anda
masih ingat tahun 1998 ketika Bank Indonesia menalangi bank-bank yang terancam
bangkrut di Indonesia lewat BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)? BI
menginjeksi besar-besaran uang baru ke pasar, dan mendadak rupiahrupiah yang
kita miliki bukan lagi rupiah yang sama. Daya beli dari penduduk Indonesia
dirampok secara tak terlihat lewat inflasi yang sangat tinggi saat itu. Satu
hal yang perlu Anda sadari, suku bunga tabungan / deposito bank nyaris tidak
pernah di atas tingkat inflasi riil. Angka inflasi yang dilaporkan pemerintahan
manapun di seluruh dunia pasti lebih rendah dari angka yang sebenarnya untuk
menciptakan kesan bahwa perekonomian “terkendali,” dan untuk mencegah
masyarakat menarik uangnya dari bank.
Kabar buruk
bagi mereka-mereka yang memegang dolar Amerika (dan juga mata uang -mata uang
lainnya yang cepat atau lambat akan menyusul), 700 milyar dolar uang baru ini
baru permulaan. Pertunjukan ini masih jauh dari selesai. Taruhan hedge fund
tidak cuma di produk subprime Amerika, masih banyak lagi taruhan derivatif yang
lain.
Subprime
hanyalah sebagian kecil dari kontrak derivatif yang ada di dunia. Tahun 1998,
total nilai kontrak taruhan derivative “hanya” $80 trilyun. Di akhir 2006,
menurut data dari BIS, nilai taruhan derivatif sudah naik menjadi $415 trilyun.
Sebagai gambaran, GDP (Gross Domestic Product), nilai dari barang dan jasa yang
diproduksi seluruh dunia tahun 2006 hanyalah $50 trilyun, artinya dana yang
beredar di casino derivatif adalah sebesar 8 kali lipat GDP seluruh dunia.
Dua hal yang
sangat berbahaya dari kontrak derivatif adalah :
- Dia dibiayai oleh hutang yang sangat besar. Pengelola dana investasi menganggap hutang sebagai ungkitan (leverage), dan para pemilik hedge fund menggunakan hutang untuk melipatgandakan taruhan mereka demi keuntungan yang lebih besar.
- Kebanyakan kontrak derivatif adalah kontrak one-onone, atau sebutannya kontrak Over The Counter (OTC). Jadi regulator tidak pernah benar-benar tahu siapa bertransaksi dengan siapa, berapa besar nilai taruhan mereka, dan pertanyaan yang paling penting, apakah mereka benar-benar punya uang untuk membayar seandainya taruhan mereka salah.
Seandainya
10% saja kontrak derivatif ini default (gagal bayar), puluhan trilyun dolar
baru akan dicetak lagi oleh bank sentral di seluruh dunia, dan lagi-lagi semua
orang mendadak menjadi lebih miskin karena daya beli uang mereka kembali
menurun. Tetapi bagaimana kalau kontrak derivarif bermasalah ternyata
lebih dari
10%?
Alasan lain
mengapa dolar Amerika akan collapse adalah karena defisit anggaran raksasa di
neraca perdagangan mereka. Defisit anggaran mereka terus naik dari tahun ke
tahun. Sejak 2005, defisit perdagangan mereka lebih dari 700 milyar dolar per
tahun. Pada saat yang bersamaan kebanyakan manufaktur Amerika sudah berpindah
ke Asia. Dari dalam negeri Amerika sendiri tidak cukup kapasitas produksi untuk
memproduksi barang dan jasa yang setara dengan import barang mereka dari
seluruh dunia.
Negara-negara
yang selama ini membiayai defisit perdagangan Amerika dengan memberikan hutang
kepada mereka lewat pembelian treasury note dan government bond Amerika akan
mulai menjual surat hutang Amerika yang mereka pegang, mengurangi pembelian
surat hutang baru atau bahkan tidak mau membeli sama sekali surat hutang
Amerika di tahuntahun mendatang.
Coba Anda
bayangkan perumpamaan ini:
Di sebuah
desa terdapat 3 orang: A, B, dan C. A menanam jagung, B membuat gerobak, dan C
hidup sebagai nelayan yang menjual ikan. Selama bertahun-tahun, mereka
berdagang dengan cara barter, di mana produk yang mereka produksi mereka
tukarkan dengan produk orang lain dalam jumlah yang menurut mereka nilainya
setara.
Pada suatu
tahun, karena suatu masalah, tanaman jagung A gagal panen, dan dia tidak punya
jagung untuk ditukarkan dengan B dan C. Karena B dan C memang kelebihan
persediaan gerobak dan ikan, dan juga karena selama ini A adalah orang yang
jujur, maka B & C memutuskan untuk memberikan hutang kepada A. A akan
menulis selembar surat hutang, menyatakan bahwa dia akan mendapatkan gerobak dan
ikan dari B & C dalam jumlah tertentu, dan akan mengembalikan nilai barang
tersebut dengan jagung yang akan dia bayarkan pada musim panen berikut.
Hasilnya, semua orang merasa puas. A mendapatkan gerobak dan ikan untuk
bertahan hidup, dan B & C pun berhasil “menjual” produksi mereka.
Di musim
panen berikut, lagi-lagi A mengalami musibah. Jagungnya kembali gagal panen,
dan dia kembali menulis surat hutang kepada B & C untuk “membeli” gerobak
dan ikan mereka. B & C sedikit merasa tidak senang, namun karena mereka
sangat percaya kepada A, mereka menerima surat hutang dari A. Di hari-hari
kemudian, surat hutang yang ditulis A bahkan bisa diperdagangkan antara B &
C untuk saling bertukar gerobak dan ikan.
Suatu
ketika, A merasa bahwa strategi surat hutang yang dia tulis ini bisa bertahan
selamanya, dan dia mulai mengabaikan tanaman jagung dia sama sekali. Dia
menghabiskan kebanyakan waktunya untuk menikmati hidup dan bermain golf. Ketika
musim panen tiba, dia tinggal menulis surat hutang baru kepada B & C.
B & C,
yang merasa ada yang tidak beres dengan tindakan A, kemudian pergi ke ladang A
untuk melakukan investigasi, dan terkejut karena ternyata A bahkan tidak
menanam bibit jagung. A sudah tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup
untuk membayar hutangnya. B & C akhirnya menyadari bahwa “penjualan” mereka
kepada A selama ini adalah imaginer. Mereka tidak akan mendapatkan kembali
nilai barang (jagung) dari A sebesar nilai gerobak dan ikan yang selama ini
sudah mereka berikan kepada A.
Di dunia nyata,
A adalah Amerika. Namun, perbedaan A dengan Amerika adalah Amerika memiliki
dominasi senjata dan kekuatan militer yang tidak dimiliki oleh A terhadap B
& C.
Seandainya A
memiliki dominasi militer terhadap B & C sehingga B & C tidak sanggup
melawan A, maka mereka harus menerima surat hutang dari A, yang sebenarnya
tidak bisa ditukarkan dengan barang, alias B & C harus menyerahkan produksi
gerobak dan ikan mereka kepada A secara gratis, sebab surat hutang dari A
memang tidak lebih dari selembar “kertas sampah.”
Amerika hari
ini sedang di ujung kebangkrutan, satu-satunya senjata mereka adalah kekuatan
dan dominasi militer mereka di dunia. Selama penjualan semua komoditi utama di
dunia (terutama minyak bumi) masih wajib dilakukan dengan dolar Amerika, mereka
bisa yakin bahwa surat hutang dolar mereka akan selalu ada pembeli, sebab
setiap negara pasti harus membeli dolar Amerika supaya bisa mengimpor minyak
dan komoditi ke negara masing-masing.
Di akhir
tahun 2000, Saddam Hussein mencoba melawan dolar dengan mewajibkan penjualan
minyak Irak dalam mata uang Euro, dan itu memicu Amerika untuk menyerang Irak.
Beberapa tahun kemudian, Saddam pun berakhir di tiang gantungan. Sejak tahun
2006, Presiden Iran Ahmadinejad mulai melakukan hal yang sama. Dia menjual
minyak dengan mata uang Euro dan Yen. Tak perlu ditanya, Amerika tidak akan
melepaskan Iran. Negara lain yang juga sedang mempromosikan penjualan minyak
lewat mata uang Euro adalah Venezuela. Presiden mereka, Hugo Chavez, adalah
target berikut.
Kami percaya,
suatu saat hegemoni dolar Amerika akan berakhir. Dalam sejarah dunia, semua
kekaisaran yang berkembang terlalu besar, yang menghabiskan uang terlalu
banyak, selalu berujung ke takdir yang sama, tumbang. Kita memang tidak tahu
bagaimana dan kapan penjajahan Amerika terhadap dunia ini akan berakhir, tetapi
suatu saat, dan mungkin tidak terlalu lama lagi, negara-negara di dunia,
sekalipun secara militer tidak semaju Amerika, akan menolak menerima
dolar-dolar sampah dari negeri koboi itu.
Hari ini,
akumulasi hutang pemerintah Federal Amerika sudah mencapai $8,9 trilyun, dan di
akhir bulan September 2007 ini, Konggres Amerika baru saja menyetujui
permintaan pemerintahan Bush untuk menaikkan debt ceiling menjadi $9,82 trilyun
pada tahun 2008, artinya mereka akan menerbitkan surat hutang sebesar hampir $1
trilyun lagi dalam waktu 12 bulan mendatang. Dan jangan lupa pemerintah Amerika
masih memiliki beban hutang lain dalam bentuk Social Security, Medicare,
Homeland Security, dan Federal Employee and Veteran Benefits and Health Care
sebesar $76 trilyun (jatuh temponya antara 2008 – 2030) yang tidak tahu akan
dibiayai dari mana (politisi Amerika menyebutnya “unfunded liabilities”).
Dalam proses
menuju keruntuhan, turunnya nilai dolar akan memicu kenaikan berbagai komoditi
utama dunia, sebab semua komoditi dunia (terutama minyak bumi dan gas)
diperdagangkan dalam mata uang dolar. Besarnya inflasi yang akan dialami oleh
masing-masing negara di dunia akan tergantung performa masing-masing mata uang
mereka terhadap dolar Amerika.
Sebagai
perumpamaan (angka-angka berikut hanya spekulasi semata)
•
Harga minyak bulan Oktober 2007 : $85 / barrel.
Kurs US – Rp
(9150) : Rp 778 ribu per barrel.
•
Tiga tahun mendatang, karena jatuhnya dolar, harga minyak 2010 : $150 /
barrel.
Kurs US – Rp
(8000) : Rp 1,2 juta per barrel.
Dalam US
Dolar, minyak naik 76% dalam tiga tahun menjadi $150 / barrel.
Dalam
Rupiah, minyak naik 54% dalam tiga tahun menjadi Rp 1,2 juta / barrel.
(Apresiasi /
Kenaikan Rupiah terhadap Dolar Amerika kemungkinan besar tidak akan sebesar
yang akan terjadi pada mata uang lain karena efek negatif Peak Oil di APBN.
Korban
terbesar seolah-olah adalah rakyat Amerika, tetapi dalam kehidupan riil
sebenarnya sama saja. Penduduk (terutama kelas menengah dan orang miskin) di
negara-negara lainnya tetap akan menanggung kenaikan biaya hidup mereka.
Padahal persaingan antar negara dalam memperebutkan modal kapitalis membuat
upah pekerja terus ditekan serendah mungkin. Kelas pekerja akan menghadapi
masa-masa yang semakin sulit karena naiknya biaya hidup mereka tidak bisa
diikuti oleh naiknya pendapatan riil.
18 September
2007, Gubernur Federal Reserve (Bank Sentral Illuminati), Ben Bernanke,
menurunkan suku bunga acuan bank Amerika sebesar 0,5%, dan dia mengindikasikan
bahwa Federeal Reserve akan menurunkan kembali suku bunga untuk “meyelamatkan”
Amerika dari kemungkinan resesi ekonomi. Di saat semua orang sebenarnya tidak
berminat untuk membeli lebih banyak lagi surat hutang Amerika, langkah ini
semakin menjerumuskan dolar Amerika ke titik terendahnya dalam sejarah. Tetapi
ini benar-benar sesuai dengan skenario dunia yang diinginkan Illuminati.
Jatuhnya dolar akan memicu inflasi besar-besaran di Amerika pada tahap awal,
dan kemudian menyebar ke negara-negara lain pada tahap berikut.
Bicara soal
defisit anggaran, pemerintah Indonesia sudah melakukannya sejak dulu. REPELITA
versi Presiden Soeharto dibiayai secara masif lewat hutang luar negeri. Alasan
mengapa Indonesia belum bangkrut karena kita memiliki sedemikian banyaknya
sumber daya alam yang masih bisa dilego. Namun itu pun tidak bisa bertahan
selamanya.
Saat ini,
hutang luar negeri pemeritah mencapai 600 trilyun rupiah, ditambah dengan SUN
(Surat Hutang Negara) sebesar hampir 800 trilyun, total hutang pemerintah
adalah 1400 trilyun : Rp. 1.400.000.000.000.000,- dan angka ini terus bertambah
dari bulan ke bulan. Satu hal yang perlu kita renungkan, hutang 600 trilyun
luar negeri kita adalah akumulasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi
SUN adalah produk baru yang diciptakan sejak 7 tahun yang lalu, namun hanya
dalam waktu 7 tahun hutang di SUN sudah melebihi hutang ke luar negeri...
Sebuah
negara pada dasarnya sama dengan sebuah keluarga, dan sama juga dengan seorang
individu, seharusnya berupaya agar uang masuk lebih besar dari uang keluar.
Untuk melunasi hutang-hutang ini, logikanya Indonesia harus mempertahankan aset
negara sebanyak mungkin, dan kalau perlu memonopoli bisnis-bisnis menguntungkan
tertentu agar penerimaan Negara bisa diamankan dan terus bertambah.
Memang benar
Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, namun aset itu berharga hanya kalau
yang memilikinya adalah negara. Namun yang kita lihat terus-menerus beberapa
tahun terakhir adalah penjualan BUMN atas nama privatisasi. Suatu hari, ketika
BUMN, tanah, dan sumber daya alam yang bias dilego sudah habis, bagaimana
pemerintah kita akan menambal kas penerimaan di anggaran belanja negara?
Menaikkan
pajak terhadap rakyatnya? Terus-menerus mencetak uang baru dan membawa kita ke
era hiperinflasi?
Mengenai
sumber daya alam, mungkin lebih jujur kalau pemerintah kita segera
mengamandemen kembali pasal 33 UUD menjadi...
“Bumi, air,
dan semua sumber daya alam dan mineral yang menguasai hajat hidup orang banyak
perlu diprivatisasikan oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran pribadi dan kelompoknya.”
Sebuah
contoh kasus menarik, akhir-akhir ini di kota Batam, pemegang hak monopoli atas
penyediaan air bersih, PT. ATB, mengancam bahwa bila Otorita Batam tidak
mengizinkan mereka menaikkan harga jual air, mereka tidak akan menyambungkan
air bersih di perumahan baru yang dibangun para pengembang di Batam. Alasan
mereka adalah karena mereka tidak memiliki uang untuk membangun infrastruktur baru
dan memperbaiki infrastruktur lama mereka tanpa menaikkan harga jual air, dan
menurut mereka, bank tidak mau memberikan pinjaman baru kalau harga jual air
tidak dinaikkan. Ironisnya, PT. ATB sanggup membagikan dividen sebesar puluhan
milyar setiap tahunnya kepada para pemegang sahamnya. Mengapa beban operasional
mereka harus dibebankan kepada penduduk lewat kenaikan harga jual air, bukannya
menggunakan cara lain yang lebih umum, seperti menunda atau mengurangi porsi
dividen dan menyetor modal kerja baru? Jawabannya adalah karena mereka bisa,
hak monopoli memang ada di tangan mereka...
PEAK OIL
& Melambungnya Harga Minyak
Teori
mengenai Peak Oil pertama kali dikemukakan oleh seorang geolog dari Amerika,
Hubbert Peak, pada pertengahan 1950-an. Menurut dia, bila kita sudah mulai
memompa setengah dari sumur sebuah minyak, kecepatan pompa akan menurun dan
output produksi akan turun setelahnya.
Menurut para
geolog minyak, bila tidak ada penemuan minyak dalam jumlah besar di tahun-tahun
mendatang, dunia akan segera mencapai kapasitas puncak produksi minyak. Mereka
mengatakan bahwa puncak produksi minyak akan terjadi antara 2005 - 2012.
Pada saat
perkembangan Asia (terutama Cina & India) sedang menanjak dengan
spektakuler, suplai minyak justru stagnan. Spekulasi tentang Peak Oil inilah
yang melambungkan harga minyak yang di awal tahun 2001 masih di $20 menjadi
sekarang $85 per barel (Oktober 2007). Dan sekarang, kebanyakan orang mulai
bertaruh bahwa harga minyak akan segera mencapai angka 3 digit dalam hitungan
bulan. Dalam beberapa tahun, harga minyak seperti hari ini, $80-an, tidak akan
eksis lagi. Di dekade mendatang, harga minyak akan bertahan di atas level $100
/ barel, dengan catatan dolar Amerika tidak collapse. Kalau dalar Amerika
ternyata “jatuh bebas” dalam beberapa tahun ini, minyak seharga $200 dolar pun
bukan hal yang mustahil.
Produksi
minyak dunia : 86 juta barel per hari…………
dan relatif
stagnan
Konsumsi
minyak dunia : 85 juta barel per hari………...
dan terus
meningkat!
Anda jangan
menganggap enteng masalah minyak. Hari ini, ketika minyak masih belum mencapai
$100 saja, beberapa negara sudah mulai merasakan dampaknya:
Nepal :
Kurangnya pasokan bensin dan solar mulai menyebabkan lumpuhnya perdagangan.
Para supir taxi menghentikan mobilnya di depan kantor pemerintah untuk
memprotes kekurangan minyak ini. Nepal Oil Company (NOC) tidak mendapatkan
pasokan dari pemasoknya, Indian Oil Corporation (IOC) karena besarnya hutang
yang belum dibayar.
Pakistan :
Kekurangan pasokan listrik menyebabkan kerusuhan di Karachi. Selisih antara
suplai dan permintaan listrik sudah mencapai 3000 megawatts (MW).
Irak : Sejak
diinvasi Amerika, Irak menjadi net importir minyak. Saat ini, pasokan
pembangkit listrik Irak bisa macet kapan saja.
Iran : Pengendara
bermotor dibatasi untuk hanya boleh membeli 100 liter minyak per bulan. Program
subsidi harga minyak membuat pemerintah Iran harus membatasi pembelian minyak
oleh rakyatnya. Bila tidak, anggaran mereka bias defisit.
Bangladesh :
Defisit pasokan listrik adalah 2000 MW. Akhirakhir ini Bangladesh mendapatkan
hak pembangunan reactor nuklir dari IAEA.
Sri Langka :
Kurangnya minyak membuat PBB memperingatkan pemerintah bahwa bantuan
kemanusiaan dan obat-obatan mungkin akan terhambat. Kegiatan pembangunan
di kota Jaffna dan Wanni macet karena tidak tersedianya minyak.
Cina :
SINOPEC mulai berhenti menjual minyak perkilangan mereka kepada perusahaan dan
pom bensin yang bukan anak perusahaan mereka karena kurangnya output mereka.
India :
Listrik bisa mati 15 jam per hari di New Delhi. Produktivitas industri dan
pertanian turun drastis karena kurangnya pasokan minyak. Saat ini India sedang
meminta lisensi untuk mendirikan reaktor nuklir.
Vietnam :
Defisit listrik sebesar 1000 MW pada jam sibuk. Setiap kantor pemerintah tidak
boleh menghidupkan AC di kantor mereka dengan suhu di bawah 77°F. AC harus
dimatikan setengah jam sebelum jam pulang, bila tidak akan dikenai denda $1250.
Zimbabwe :
kurangnya pasokan minyak dan solar melumpuhkan ekonomi mereka. Pom bensin sama
sekali tidak memiliki minyak pada bulan Juni.
Ghana :
Defisit $5 juta per hari hanya untuk membeli pasokan minyak.
Nigeria :
Kekurangan pasokan pada bulan Juni dipicu oleh mogok kerja, naiknya harga jual
minyak lokal, dan penjualan dua perusahaan kilang minyak. Pembunuhan dan
perampokan telah membawa Negara ini ke kekacauan besar. Hanya 19 dari 79
pembangkit listrik yang beroperasi, dan matinya listrik menyebabkan kerugian $1
milyar per tahun. Di Nigeria, Angola, dan sejumlah negara Afrika lainnya, setiap
perusahaan dan perumahan harus menjalankan generator karena perusahaan
pembangkit listrik sudah sama sekali tidak bisa diharapkan.
Pengaruh
minyak terhadap Indonesia?
Indonesia,
walaupun adalah negara OPEC, kenyataannya sudah menjadi negara net importir
minyak.
Produksi
minyak Indonesia : 1,03 juta barel per hari ……….
dan terus
menurun
Konsumsi
minyak Indonesia : 1,15 juta barel per hari ……….
dan terus
meningkat !!!
Mari kita
membuat kalkulasi (yang disederhanakan, detail perhitungan riil tidak seperti
yang di bawah ini):
Dengan
defisit 120.000 barel per hari, dan asumsi harga minyak $85 per barel,
pemerintah butuh $10,2 juta per hari, atau $306 juta per bulan, atau $3,67
milyar dolar per tahun untuk mengimpor minyak.
Menurut
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, minyak Indonesia bisa bertahan 23
tahun lagi. Sedangkan untuk gas, Indonesia memiliki cadangan yang cukup untuk
minimal 60 tahun ke depan.
Apa yang
akan terjadi setelah 23 tahun ini berlalu? Katakanlah saat itu harga minyak
masih sama, $85 / barel (sepertinya tidak mungkin), dan konsumsi minyak
Indonesia tetap 1,15 juta per barel (juga kurang mungkin). Kalau kita mengimpor
semua minyak tersebut, maka kita membutuhkan $98 juta per hari, $2,93 milyar
per bulan, atau $35,2 milyar per tahun. Ke mana kita harus mencari uang
sebanyak ini? Sebagai informasi, cadangan devisa Indonesia adalah sebesar $55
milyar sampai saat ini, setelah lebih dari 62 tahun merdeka...
Harga minyak
bumi amat mempengaruhi anggaran pendapatan dan belanja negara kita. Sebagai
negara net importir minyak, Anda bisa lihat, setiap kali harga minyak dunia
melambung, mata uang rupiah selalu tertekan. Para anggota DPR kita, entah apa
yang mereka pikirkan, masih tetap menggunakan asumsi harga minyak $60 / barrel
di APBN tahun 2007 dan juga 2008. Selisih antara asumsi $60 ini dengan harga
minyak riil di dunia akan menjadi beban subsidi di anggaran negara kita.
Semakin tidak akurat asumsi harga minyak yang mereka gunakan, semakin besar
lubang penerimaan yang harus ditambal oleh negara pada neraca transaksi tahun
berjalan. Walaupun dolar Amerika akan terus melemah terhadap nyaris semua mata
uang yang lain di tahun-tahun mendatang, tetapi terhadap rupiah, dolar AS
tampaknya masih relatif kuat. Artinya, ada kemungkinan yang cukup
mengkhawatirkan rupiah Indonesia akan melemah bersamaan dengan dolar Amerika di
tahun-tahun mendatang terhadap mata uang negara lainnya. Mata uang yang lemah
memang bias membantu menaikkan nilai ekspor kita, tetapi di sisi lain dia juga
akan menyebabkan ongkos impor meningkat, alias harga barang akan naik!
Solusi
teoritis bagi pemerintah untuk menyelamatkan APBN saat harga minyak melambung
adalah menjual minyak di dalam negeri dengan mengikuti harga internasional,
namun tentu saja, itu cuma solusi teoritis. Anda masih ingat dengan gejolak
sosial pasca kenaikan harga minyak oleh pemerintahan Soeharto tahun 1998? Tidak
akan gampang menaikkan harga jual minyak di dalam negeri tanpa memicu gejolak
sosial dan politik, apalagi daya beli rakyat Indonesia memang tertinggal jauh
dibandingkan dengan negara maju. Pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat ini
adalah sekitar $1.700 / tahun, bagaimana pemerintah bisa menganggap normal kita
sanggup membeli minyak dengan harga yang sama dengan negara yang pendapatan
perkapitanya $40.000 / tahun?
Akhir-akhir
ini, kita sering melihat pejabat Indonesia mengkampanyekan konversi minyak
tanah ke gas, sayangnya kebanyakan orang tidak peduli. Sebenarnya konversi ini
amat sangat penting, tapi program konversi ini dan berbagai kampanye hemat
minyak baik sekarang maupun di masa mendatang tidak akan berhasil kalau
pemerintah tidak mau berkata jujur kepada rakyat seserius apa masalah ini
sebenarnya. Orang yang tidak menyadari krisis tidak akan gampang dibujuk untuk
merubah gaya hidup. Dua puluh tiga tahun tidaklah lama. Kalau anak Anda lahir
tahun ini, saat dia tamat SMU, Indonesia sudah kehabisan minyak. Orang
Indonesia hanya punya waktu 1 generasi untuk menemukan solusi bagaimana kita
harus menghadapi efek dari Peak Oil.
Catatan:
Sejumlah
orang mengatakan bahwa minyak sebenarnya bukan bahan bakar fosil. Teori bahwa
minyak bumi berasal dari sisa fosil biologis zaman dahulu adalah sebuah
kebohongan besar dari Illuminati (yang memang sejak awal menguasai bisnis
minyak, media, dan institusi pendidikan). Illuminati ingin menggunakan
propaganda Peak Oil untuk menaikkan harga minyak dan mengeksekusi rencana
depopulasi dunia mereka. Saat harga minyak naik melewati kemampuan beli
sejumlah besar negara, hanya negara-negara yang diizinkan hidup oleh Illuminati
yang akan mendapatkan minyak. Beberapa milyar penduduk bumi akan dimusnahkan
secara kejam dalam kekacauan dan kepanikan akibat matinya industri dan perdagangan
di dalam negeri mereka.
Bukti-bukti
bahwa minyak adalah bahan bakar abiotik (bukan fosil), dapat Anda pelajari
dengan mencari informasi di internet. Anda bisa mengetik “abiotic oil” di
search engine seperti google ataupun yahoo. Rusia mengklaim memiliki teknologi
untuk mengekstrak minyak dari kedalaman lebih dari 30.000 kaki di bawah tanah.
Mereka sudah melakukannya sejak 1956 dan menurut mereka minyak di dalam perut
bumi tersedia secara berlimpah. Semoga mereka benar!
Saat ini,
akibat propaganda Peak Oil, semua negara ramairamai mengembangkan minyak nabati
yang disebut biofuel. Mereka menggunakan bahan pangan seperti jagung dan gula
untuk membuat minyak baru. Sekalipun mereka tahu energy yang diperlukan untuk
memproduksi satu unit minyak biofuel lebih besar daripada energi yang kemudian
bisa didapat dari satu unit minyak biofuel, rencana ini tetap jalan terus. Efek
dari tindakan ini adalah mengurangi lahan pertanian untuk bahan pangan. Tanah
pertanian yang sebenarnya untuk memproduksi bahan pangan sekarang sebagian
dikonversi sebagai lahan pertanian yang produknya dipakai untuk membuat bahan
baku biofuel. Salah satu penyebab kenaikan harga komoditi pertanian beberapa
tahun terakhir ini adalah karena hal ini, dan kabar buruk bagi para kelas
menengah dan orang miskin adalah intensitas program ini sekarang masih di tahap
awal. Di tahun-tahun mendatang, akan ada semakin banyak lahan pertanian untuk
memproduksi biofuel dan oleh sebab itu akan membuat pasokan bahan pangan
menjadi semakin ketat, alias harga bahan pangan akan terus meningkat.
Sedikit
informasi lainnya mengenai bahan pangan: beberapa dekade terakhir ini benih
tanaman (padi, gandum, jagung, buah-buahan dll) sudah mulai dialihkan menjadi
benih hibrida. Memang hasil panen lebih cepat dan lebih banyak, tetapi sisi
lain dari benih hibrida adalah hilangnya kontrol dari petani terhadap apa yang
bisa mereka tanami. Benih-benih hibrida ini sudah dipatenkan oleh
perusahaan-perusahaan milik Illuminati (Yayasan Rockefeller dan anak
perusahaannya dikabarkan menguasai nyaris 95% hak paten atas berbagai benih
tanaman hibrida di Amerika). Petani hanya bisa menanam bila mereka bisa membeli
benih tanaman dari pemasoknya. Bila perusahaan pemasok benih tanaman tidak mau
menjual, maka pasokan bahan pangan akan langsung berkurang hanya dalam beberapa
bulan.
Saat ini,
organisasi bahan pangan dari PBB, World Food and Agricultural Organization
(WFAO) terus melancarkan propaganda agar mereka diberikan hak untuk menentukan
tanaman apa yang boleh ditanam ataupun tidak boleh ditanam oleh petani di
berbagai negara. Bila suatu hari rencana mereka berhasil, di mana hanya benih
hibrida yang boleh ditanam oleh petani, maka Illuminati akan mengontrol suplai
makanan di planet ini secara mutlak. Bisakah Anda membayangkan, bahwa tanpa
perlu memprakarsai sebuah guncangan pasar financial dahsyat sekalipun,
Illuminati sebenarnya bisa menciptakan kekacauan besar di dunia lewat kontrol
suplai bahan pangan!
Bagaimana
Menghadapi Inflasi?
Seperti yang
sudah Anda baca, pelemahan US dolar dan efek Peak Oil adalah pemicu terbesar
inflasi di tahun-tahun mendatang.
Sejak awal
2000, dan masih akan berlanjut ke beberapa tahun mendatang, fenomena inflasi
tinggi yang digabungkan dengan suku bunga rendah akan menjadi bagian dari
kehidupan kita. Sebagai contoh, saya tidak tahu Anda sekarang hidup di kota
mana, tetapi tabungan bank di tempat saya menabung membayar kurang dari 3%
bunga sebelum pajak kepada ratarata orang, padahal harga barang-barang naik
lebih dari 10% per tahun. Banyak orang, setelah bunga tabungannya dipotong
biaya admin bahkan harus tekor kalau menabungkan uangnya di bank. Tetapi karena
nilai uangnya tidak terlalu besar, kebanyakan orang tidak peduli. Dan ini
persis adalah alasan mengapa menciptakan inflasi lebih efektif daripada pajak
untuk menyita uang rakyat. Kebanyakan orang memang tidak akan peduli.
Kalau
pemerintah mengatakan akan mengenakan tambahan pajak 10% terhadap penghasilan
rakyat, maka politisi yang sedang menjabat kemungkinan besar tidak akan
terpilih lagi pada pemilu berikutnya. Tetapi bila mereka menciptakan setumpuk
suplai uang baru untuk dibelanjakan dan kemudian mengakibatkan inflasi sebesar
misalnya 10%, kebanyakan orang tidak akan protes. Itulah hebatnya inflasi. Sama
halnya, ketika seorang politisi berjanji akan menaikkan gaji pegawai negeri,
atau menyediakan tunjangan finansial tertentu kepada rakyatnya, seandainya di
pos pemerintah sendiri tidak ada tambahan pemasukan, maka kemungkinan besar
uang itu akan dibiayai lewat uang baru. Ujung-ujungnya, sebenarnya tidak ada
manfaat yang bisa didapat oleh rakyat, sebab ongkos hidup setelah uang baru
dicetak juga akan naik. Namun, bagi politisi, janji-janji manis ini bisa
membantu mereka terpilih kembali di pemilihan berikut. Lain kali, saat Anda
mendengar janji-janji manis dari politisi negara Anda, tanyakanlah satu hal ini
kepadanya, “Bagaimana Anda akan membiayai janji Anda?” Dengan perbankan yang
menganut sistem fractional reserve banking, bank-bank komersial berhak menciptakan
kredit kepada orang-orang yang mengajukan pinjaman. Setiap sen yang dipinjamkan
bank adalah suplai uang baru. Bila pada saat yang bersamaan kenaikan produksi
barang ataupun jasa tidak bisa mengikuti kecepatan pertambahan uang baru, maka
akan ada semakin banyak uang yang mengejar lebih sedikit barang / jasa, karena
itu harga barang akhirnya akan naik.
Pemenang
terbesar dari sistem ini adalah pemerintah, kontraktor pemerintah, dan
korporasi-korporasi langganan perbankan, dan tentu saja, BANK. Semakin cepat
uang baru yang dicetak sampai ke tanganmu, semakin cepat Anda bias
menggunakannya untuk membeli barang-barang yang harganya belum terlanjur naik.
Pecundang
terbesar dari sistem ini adalah para pekerja yang cuma mengharapkan pendapatan
tetap mereka lewat gaji. Saat suplai uang baru ini sampai ke tangan mereka,
harga barang sudah terlanjur naik, sudah terlalu banyak tangan yang dilewati
sebelum uang baru ini sampai ke mereka. Jadi, cara pertama untuk menghadapi
inflasi adalah:
“Anda harus
berada sedekat mungkin dengan suplai uang baru”
Tentu saja,
kalau Anda menyimak buku ini dari awal, suplai uang baru yang sekarang kita
praktekkan: kredit, uang yang harus dibayarkan kembali beserta bunganya yang
tidak pernah diciptakan sejak awal, adalah penyebab dari masalah sejak awal.
Kalau Anda sendiri bergabung dengan mereka, Anda akan menciptakan masalah baru
bagi orang lain di kemudian hari. Keuntungan yang Anda dapatkan datang dengan
mengorbankan orang lain karena Anda cukup pandai untuk mengeksploitasi
kelemahan sistem ini.
Kalau tidak
mau bergabung dengan mereka, lantas bagaimana? Apa yang harus kita lakukan
supaya tidak menjadi korban inflasi?
Coba kita
renungkan kembali makna uang...
Di desa pada
perumpamaan di atas, A menjual jagung, B menjual gerobak, dan C menjual ikan.
Katakanlah di antara A, B, dan C terdapat kesepakatan: 10 kilo jagung = 1
gerobak = 5 kilo ikan. Perdagangan antara A dengan C dalam jumlah berapapun
tidak masalah, karena produk mereka bisa dibagi menjadi unit yang lebih kecil
tanpa kehilangan fungsi barangnya, tetapi tidak demikian dengan B. Anda tidak
bisa membeli ¼ gerobak, atau ½ gerobak, sebab hanya gerobak dalam bentuk 1 unit
barang selesai produksi yang memiliki nilai. Jadi akan ada hambatan bagi B
ketika dia mau membeli kurang dari 10 kg jagung atau kurang dari 5 kilo ikan
kepada A dan C, B tidak sanggup memecah unit gerobaknya tanpa membuat mereka
kehilangan fungsi. Inilah sebabnya mereka memerlukan uang. Uang adalah unit
penilai barang, dan medium pertukaran supaya barang-barang bisa diperdagangkan.
Tetapi
bagaimana bentuk uang yang harus mereka pergunakan?
Cara #1 :
Menerbitkan uang yang dibuat dari bahan semurah mungkin dan bisa diproduksi
semudah mungkin.
Misalnya
begini: A, B, dan C pergi ke desa lain, mencari seorang tukang cetak bernama D
untuk menerbitkan uang kertas yang disebut rupiah dan sepakat:
1 kg jagung
= Rp 10.000
1 unit
gerobak = Rp 100.000
1 kg ikan =
Rp 20.000
Mulai
sekarang B bisa membeli 1 kg jagung saja, atau 1 kg ikan saja dengan memberikan
uang kepada mereka, bukan gerobak.
Tapi ingat,
rupiah-rupiah yang dimiliki oleh A, B, dan C ada karena produk mereka: jagung,
gerobak, dan ikan. Yang benar-benar berharga adalah barang (jagung, gerobak,
dan ikan). Uang kertas (rupiah) sendiri tidak memiliki nilai, dia sama sekali
tidak berharga (kecuali ongkos kertasnya).
Cara #2 :
Menerbitkan uang yang terbuat dari bahan yang tahan lama, dan jumlahnya
terbatas.
A, B, dan C
pergi ke desa lain dan mencari seorang tukang emas bernama E untuk membuatkan
uang bagi mereka. Emas adalah sebuah logam yang tidak mudah rusak, tidak
berkarat, dan jumlah emas yang berhasil ditambang setiap tahun terbatas, jadi
tidak bisa dibuat sesuka hati tanpa batas.
Kemudian
mereka sepakat:
1 kg jagung
= 1 gr emas
1 unit
gerobak = 10 gr emas
1 kg ikan =
2 gr emas
Dengan
demikian, permasalahan perdagangan mereka juga bisa diatasi. B juga bisa
membeli kurang dari 10 kg jagung dan kurang dari 5 kg ikan tanpa harus memecah
gerobaknya.
Perhatikan
bahwa pada cara kedua sekalipun, kekayaan yang sebenarnya masih bersumber dari
barang (jagung, gerobak, dan ikan). Emas tetap hanya sebagai medium pertukaran.
Tanpa barang, emas sendiri tidak berharga.
Maka cara
kedua untuk menghadapi inflasi adalah:
“Anda harus
menjadi PRODUSEN barang (atau jasa) yang bermanfaat ”
Tidak peduli
pemerintah atau bank menerbitkan seberapa banyak uang, tidak peduli harga
barang naik setinggi apapun, tidak peduli tingkat inflasi sebesar apapun,
barang yang bermanfaat yang diproduksi manusia adalah sumber dari kekayaan.
3000 tahun lalu begitu, hari ini begitu, dan 3000 tahun lagi juga akan tetap
begitu!
Lebih Jauh
Mengenai Misteri Emas...
Mungkin Anda
sering mendengar bahwa emas paling pantas dijadikan uang karena dia memiliki
nilai intrinsik. Dia tidak seperti kertas yang bisa diproduksi tanpa batas.
Karena pertambahan jumlahnya lambat, maka emas selalu memiliki nilai. Menurut
kami ini benar-benar omong kosong.
Tidak ada
barang apapun di dunia yang memiliki nilai intrinsik! Semua barang bisa memiliki
nilai hanya jika dia membawa manfaat. Bila barang itu tidak memiliki manfaat
apapun bagi manusia, maka tidak peduli jumlahnya sesedikit apa, atau sesulit
apa dia diperoleh, barang itu tetap tak bernilai! Sejarah uang manusia adalah
sebuah kisah perang antara D dan E di atas, di mana D dan E masing-masing
menganggap uang yang mereka produksilah yang seharusnya digunakan. D menganggap
uang kertas (ataupun elektronik) lebih gampang diproduksi, dan karenanya lebih
bermanfaat bagi manusia. Sedangkan E berargumentasi bahwa sepanjang sejarah
manusia, belum pernah ada seorang (atau sebuah institusi) D manapun yang bisa
dipercaya untuk tidak memanipulasi jumlah uang beredar demi kepentingan pribadi
mereka sendiri, dan oleh sebab itu, manusia harus menggunakan emas ataupun
perak (yang jumlah dan pertambahan produksinya terbatas) untuk dijadikan uang.
Namun, tentu
saja, penggunaan emas (dan perak) sebagai uang juga memiliki kelemahan mereka
sendiri. Tidak semua negara memiliki tambang emas, apakah demi memiliki uang
dalam bentuk emas lantas mereka harus berhutang kepada negara lain untuk
meminjam emas? Di samping itu, kekayaan datang dari produksi barang dan jasa
manusia, bila kecepatan produksi barang dan jasa tidak bisa diikuti oleh
pertambahan jumlah emas yang bisa ditambang, lantas bagaimana?
Bukan
kapasitas kami untuk menilai sistem siapa yang lebih baik (D atau E). Namun,
sekadar untuk jaga-jaga, kami sarankan Anda untuk mengalihkan sebagian uang
Anda ke dalam bentuk emas.
Walaupun sistem
keuangan dunia sudah meninggalkan standar emas sejak 1971, emas hari ini masih
menjalani fungsi lain sebagai anti-uang (kertas). Setiap kali manusia mulai
curiga terhadap apa yang dilakukan pemerintah (bank sentral) terhadap uang
mereka, mereka akan selalu kembali ke emas, sebab jumlah emas memang tidak bisa
dimanipulasi, dan sampai saat ini memang belum ada barang pengganti emas yang
lebih jujur untuk dijadikan uang.
Dan cara
ketiga untuk menghadapi inflasi adalah:
“Simpanlah
sebagian tabungan Anda dalam bentuk emas”
Menarik
untuk Anda ketahui, setiap 30 – 40 tahun sekali, tampaknya akan ada sebuah
kejadian yang membuat manusia meragukan uang kertas yang diterbitkan negara.
Tabel berikut adalah perbandingan nilai kapitalisasi saham di index Dow Jones
terhadap harga emas.
Perhatikan
bahwa perbandingan index saham Dow Jones :
Emas selalu
kembali ke angka 1 : 1 setiap periode tertentu.
Saat ini
(Oktober 2007), index saham Dow Jones adalah sekitar 13.800, dan harga emas
sekitar $705/oz. Perbandingannya adalah 17,5 kali. Untuk kembali ke
perbandingan 1 : 1 kemungkinannya adalah sebagai berikut
•
Dow Jones turun, emas naik
•
Dow Jones tetap, emas naik banyak
•
Dow Jones naik, emas naik jauh lebih banyak
•
Dow Jones turun, emas tetap
•
Dow Jones turun sangat banyak, emas turun
Apapun yang
terjadi dari kelima skenario di atas, tampaknya untuk beberapa tahun ke depan,
lebih masuk akal untuk menyimpan uang dalam bentuk emas daripada saham!
Mengenai
Kredit (Uang + Bunga):
Terima kasih
kepada sistem fractional reserve banking, bankbank komersial bisa meminjamkan
“uang” kepada masyarakat tanpa modal. Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan
orang, mereka bukan menggunakan uang nasabah yang menabungkan uangnya di bank
untuk dipinjamkan kepada orang lain. Setiap sen yang dipinjamkan bank (kredit)
adalah suplai uang baru. Namun jangan salah, bila Anda gagal bayar atas
“pinjaman” mereka, bank berhak menyita aset jaminan Anda, semuanya dengan
menggunakan uang yang bahkan tidak mereka miliki. Ditambah dengan beban bunga
yang harus dibayarkan, yang sebenarnya tidak eksis di masyarakat, sebagian
masyarakat ditakdirkan untuk kehilangan uang mereka, alias bertambah miskin.
Sebagai
contoh, misalnya di suatu masyarakat uang beredar adalah 100 milyar. Bank-bank
komersial di sana kemudian berhasil “meminjamkan” 20 milyar kepada masyarakat
di sana dalam waktu 1 tahun dengan bunga 15% per tahun. Uang tambahan yang
diciptakan bank adalah 20 milyar, bunganya yang sebesar 3 milyar sendiri tidak
diciptakan oleh bank. Beban bunga ini harus diambil dari 120 milyar total uang
beredar. Kekayaan masyarakat sebesar 120 milyar (100 + 20) akan berkurang
menjadi 117 milyar satu tahun kemudian karena harus membayar bunga kepada bank.
Satu tahun
kemudian, bank berhasil menyalurkan kredit sebesar 30 milyar dengan bunga 15%.
Kali ini beban bunga yang harus ditanggung masyarakat adalah 4,5 milyar, dan
kekayaan yang seharusnya dimiliki masyarakat sebesar 150 milyar (100 + 20 + 30)
sekarang tinggal 142,5 milyar karenabunga sebesar 7,5 milyar (3 + 4,5) yang
harus dibayar kepada bank dua tahun terakhir. Bila siklus ini diteruskan,
transfer kekayaan dari masyarakat kepada industri perbankan dan korporasi
langganan mereka akan semakin besar dari tahun ke tahun, dan akan ada semakin
banyak orang miskin di masyarakat.
Pertanyaannya:
Seandainya
berhutang kepada orang lain dan membayar bunga atas pinjaman adalah hal yang
salah, lantas bagaimana kita harus meminjam? Tidak mungkin semua orang memiliki
semua uang yang diperlukan untuk memulai sebuah usaha bukan?
Jawabannya
adalah partnership! Kita tidak perlu berhutang kepada orang lain dan membayar
bunga kepadanya, kita bias mengajak orang lain untuk bermitra dengan kita dan
melakukan bagi hasil sebesar yang disepakati bersama. Sebagai contoh:
Anda
memiliki 20 juta di tangan, dan Anda ingin mendirikan sebuah restoran. Menurut
perhitungan Anda, akan membutuhkan 100 juta untuk memulai bisnis ini. Karena
masih defisit 80 juta, bukannya meminjam dengan cara konvensional (pinjaman dengan
bunga), Anda kemudian mencari mitra untuk memulai usaha ini. Modal akan
dibiayai oleh Anda dengan orang tersebut sebesar 20 : 80. Anda, sebagai orang
yang menjadi pemilik gagasan dan sekaligus yang akan menjalankan bisnis ini
bisa meminta agar bagi hasil dilakukan misalnya sebesar 40 : 60.
Anda
mendapatkan uang yang diperlukan, mitra Anda mendapatkan sebuah bisnis baru,
dan tidak ada hutang yang tercipta dari transaksi ini. Masyarakat tidak perlu
menanggung beban bunga yang diciptakan oleh siapapun. Kami tidak bermimpi bisa
mengubah sistem keuangan global maupun di Indonesia sekarang. Mungkin tidak
akan ada perubahan apapun sebelum sebuah bencana finansial besar melanda dunia.
Mengenai kredit, apa yang bisa kami katakana adalah ini: Bank komersial memang
bisa menciptakan kredit, tetapi mereka tidak bisa memaksakan kredit. Kalau Anda
tidak mau berhutang, tidak ada yang bisa memaksa Anda untuk melakukannya. Kita
setidak-tidaknya masih hidup di Negara yang bebas. Dan untuk negara kita,
Indonesia, harapan kami semoga pemerintah bisa segera membeli kembali bank-bank
swasta yang beberapa tahun ini dilego ke institusi asing (Temasek Holding dll)
atas nama privatisasi. Bank, yang memiliki hak untuk menciptakan kredit dan
menagih bunga atas pinjaman kosong mereka, terlalu penting untuk dimiliki
institusi luar negeri. Bangsa ini akan terus-menerus menjadi budak dari luar
negeri kalau kredit di negara ini dikendalikan oleh orang asing.
Saat ini
karena propaganda Peak Oil, para Illuminati sedang menggalakkan bisnis biofuel
di seluruh dunia, selain tidak menyelesaikan masalah suplai minyak (energi yang
diperlukan lebih besar dari yang didapat), bisnis ini juga akan menghambat
pertambahan suplai bahan pangan dunia. Bila Indonesia mengizinkan para
Illuminati masuk ke Indonesia dan mengontrol lahan pertanian kita, ditambah
dengan penjualan aset negara lainnya lewat program privatisasi, kami
percaya negara ini akan memasuki krisis multidimensi raksasa dalam 1 generasi
ke depan. Daripada memilih biofuel, lebih baik mencoba energi alternatif lain
seperti batu bara, solar, hydrogen, nuklir, angin, dan lain-lain.
Sumber: Masa
lalu uang dan masa depan dunia: Lucifer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar