Selasa, 16 April 2013

Bahaya Inflasi Di Tahun-Tahun Ke Depan


Kebijakan Yahudi Untuk Menggenggam Dunia Lewat Ekonomi

Rencana dari Illuminati adalah menciptakan dunia di bawah kendali Lucifer (malaikat pengkhianat Tuhan, yang mengklaim dirinya sebagai “Sang Pembawa Cahaya”), sebuah Pemerintahan Satu Dunia, di mana seluruh populasi akan bekerja dan menjadi budak dari Lucifer dan manusia-manusia pelayannya. Dan salah satu tahap terpenting untuk mencapai tujuan ini adalah memusnahkan seluruh kelas menengah.

Orang-orang miskin tidak memiliki sumber dana dan energy untuk melawan, mereka melewati hari-hari mereka hanya untuk bertahan hidup. Kelas menengah, walaupun secara individu tidak sekaya kelas atas, tetapi total uang yang dimiliki seluruh warga kelas menengah lebih besar dari orang kaya, sebab jumlah populasi kelas menengah sedemikian besarnya. Selama kelas menengah masih eksis dan punya kapasitas untuk melawan, para pelayan Lucifer tidak bisa merayakan kemenangan mereka.

Untuk memusnahkan kelas menengah dan menekan habis orang miskin, tanpa membuat mereka curiga dan balas melawan, cara-cara yang digunakan Illuminati adalah sebagai berikut:
  1. Memberikan pinjaman dan menjerat kelas menengah dan miskin ke dalam hutang dengan mengenakan bunga (riba). Dengan demikian Illuminati harus memegang kendali bisnis perbankan.
  2. Menyita daya beli tabungan mereka dengan terusmenerus menambah suplai uang baru, menyebabkan inflasi dan turunnya daya beli setiap unit mata uang yang beredar. Inflasi adalah pajak tak terlihat, yang tidak akan disadari oleh kebanyakan orang (ini juga dilakukan dengan cara mengontrol bisnis perbankan).
  3. Menciptakan siklus boom and bust dalam perekonomian secara berkala, memastikan sejumlah orang untuk bangkrut sehingga harta dan aset jaminan mereka bisa disita. (juga dilakukan lewat kontrol bisnis perbankan).
  4. Mengontrol semua pasar finansial. Semua orang yang menabung ataupun bertransaksi di pasar keuangan harus membayar uang / komisi tertentu kepada mereka.
  5. Perang. Tidak ada satu peristiwa apapun yang bisa menandingi perang dalam hal menghanguskan kekayaan dan menciptakan hutang seperti bisa dilakukan oleh perang. Untuk melakukan ini, Illuminati harus selalu merancang konspirasi dan mengadu domba antar kelompok besar antar negara, dan mereka juga harus menyusupkan anggota-anggota mereka ke dalam pemerintahan.
  6. Pemborosan uang masyarakat lewat program-program yang mubazir (perjalanan luar angkasa, propaganda global warming, dll), ataupun memperbesar lingkup kerja dan skala dari pemerintah, agar pajak yang harus dibayarkan masyarakat semakin besar. Ini berarti Illuminati harus memiliki pengaruh dan berhak mengambil kebijakan di pemerintah dan media.
  7. Memonopoli korporasi besar penyedia lapangan kerja, menekan gaji dan tunjangan kepada seluruh kelas pekerja.
  8. Memaksa pemerintah untuk memprivatisasikan layanan utilitas umum seperti listrik, air, dan telepon untuk memastikan agar biaya hidup meningkat lebih cepat dibandingkan pendapatan kelas pekerja.
  9. Memonopoli semua bisnis komoditi, minyak bumi, gas alam, pertanian, dan pertambangan dan secara bertahap mengurangi pasokan agar harga meningkat melebihi daya beli kelas menengah dan orang miskin.
  10. Memonopoli hak paten atas berbagai benih agrikultural dan pertanian dan juga teknologi modern. Harga barang (terutama bahan pangan) harus dipertahankan agar tetap tinggi karena orang lain dilarang memproduksi barang sejenis dengan alas an perlindungan hak paten.
  11. Memonopoli usaha surat kabar, majalah, televisi, dan radio untuk mengendalikan informasi yang boleh ataupun tidak boleh untuk diketahui kelas menengah dan miskin. Selain itu juga perlu mengendalikan system pendidikan dengan merancang kurikulum dan bahan pelajaran yang boleh ataupun tidak boleh untuk dipelajari kelas menengah dan miskin. Ini dilakukan Illuminati dengan cara mengontrol bisnis media dan pendidikan.
  12. Merusak kesehatan fisik, mental, dan daya piker masyarakat lewat bisnis obat-obat terlarang (opium, ganja, ekstasi, dll), propaganda kekerasan lewat media (buku, komik, film, game komputer dll), dan promosi pornografi bagi generasi muda.
  13. Mempromosikan cashless society di mana semua uang kertas dan logam akan ditiadakan sama sekali dalam kehidupan sehari-hari. Saat semua orang tidak lagi memiliki uang dalam kantong, dan tergantung sepenuhnya pada selember kartu yang diterbitkan oleh institusi finansial milik Illuminati untuk membeli dan menjual barang dalam hidupnya, kehidupan mereka akan secara absolut berada di tangan Illuminati.
Tentu saja, rencana-rencana di atas tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Illuminati telah merancang program di atas sejak zaman dahulu. Dari tahun ke tahun, dari generasi ke generasi, dan sekarang tampaknya rencana mereka semakin mendekati kenyataan.

Dalam hal ekonomi, para Illuminati sekarang memegang kendali sistem perbankan dunia. Saat ini, semua bank sentral dunia (tidak masalah apakah mereka perusahaan swasta semacam Federal Reserve maupun bank sentral yang secara hukum dimiliki oleh pemerintah / negara), bersama dengan bank-bank komersial yang didirikan swasta (yang sering kali juga adalah pemegang saham utama di bank sentral) menjerat rakyat masing-masing negara ke dalam hutang, dan secara berkala menciptakan siklus boom and bust di pasar finansial. Suku bunga rendah selama tahun-tahun tertentu diikuti dengan suku bunga tinggi di tahun-tahun berikutnya… Pinjaman kredit yang mudah di tahun-tahun tertentu, dan mendadak pinjaman yang dipersulit atau bahkan tidak ada pinjaman sama sekali di tahun-tahun berikutnya…

Kami memprediksi kita akan segera memasuki era inflasi tinggi. Berikut adalah 2 penyebab mengapa inflasi akan melambung tinggi di tahun-tahun mendatang:

Runtuhnya Dolar Amerika

Satu dekade yang lalu, saat krisis moneter menyerang Indonesia, hutang dalam negerilah yang menjadi penyebab inflasi tinggi yang diderita rakyat Indonesia. Di beberapa tahun mendatang, kita akan kembali ke era inflasi tinggi. Namun, kali ini, yang menjadi pemicu utama krisis bukan lagi kita sendiri.  Pemicu krisis kali ini akan datang dari negara maju, terutama Amerika Serikat.
Akhir-akhir ini, kita mendengar “krisis” subprime di Amerika. Koran-koran dan TV sibuk memberitakan betapa bahayanya “krisis” ini. Kenyataannya para pemilik hedge fund dan bank-bank yang memberikan pinjaman spekulasi kepada mereka sebenarnya nyaris tanpa resiko. Mengapa? Karena atas dalih menyelamatkan perekonomian (katanya bank-bank itu terlalu besar dan terlalu penting untuk dibiarkan bangkrut), bank sentral selalu “terpaksa” membail-out (menalangi) mereka dengan menginjeksi uang ke kantong para institusi keuangan ini. Sampai pertengahan September ini, sudah lebih dari 700 milyar dolar yang dipakai untuk menalangi institusi finansial di Amerika dan Eropa. Suplai uang baru ini, yang diciptakan tanpa modal oleh bank sentral, dalam waktu singkat akan menyebabkan inflasi dan mengurangi nilai uang dari setiap unit uang yang dimiliki masyarakat. Ini adalah perampokan di siang bolong!

Apakah Anda masih ingat tahun 1998 ketika Bank Indonesia menalangi bank-bank yang terancam bangkrut di Indonesia lewat BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia)? BI menginjeksi besar-besaran uang baru ke pasar, dan mendadak rupiahrupiah yang kita miliki bukan lagi rupiah yang sama. Daya beli dari penduduk Indonesia dirampok secara tak terlihat lewat inflasi yang sangat tinggi saat itu. Satu hal yang perlu Anda sadari, suku bunga tabungan / deposito bank nyaris tidak pernah di atas tingkat inflasi riil. Angka inflasi yang dilaporkan pemerintahan manapun di seluruh dunia pasti lebih rendah dari angka yang sebenarnya untuk menciptakan kesan bahwa perekonomian “terkendali,” dan untuk mencegah masyarakat menarik uangnya dari bank.

Kabar buruk bagi mereka-mereka yang memegang dolar Amerika (dan juga mata uang -mata uang lainnya yang cepat atau lambat akan menyusul), 700 milyar dolar uang baru ini baru permulaan. Pertunjukan ini masih jauh dari selesai. Taruhan hedge fund tidak cuma di produk subprime Amerika, masih banyak lagi taruhan derivatif yang lain.

Subprime hanyalah sebagian kecil dari kontrak derivatif yang ada di dunia. Tahun 1998, total nilai kontrak taruhan derivative “hanya” $80 trilyun. Di akhir 2006, menurut data dari BIS, nilai taruhan derivatif sudah naik menjadi $415 trilyun. Sebagai gambaran, GDP (Gross Domestic Product), nilai dari barang dan jasa yang diproduksi seluruh dunia tahun 2006 hanyalah $50 trilyun, artinya dana yang beredar di casino derivatif adalah sebesar 8 kali lipat GDP seluruh dunia.

Dua hal yang sangat berbahaya dari kontrak derivatif adalah :

  1. Dia dibiayai oleh hutang yang sangat besar. Pengelola dana investasi menganggap hutang sebagai ungkitan (leverage), dan para pemilik hedge fund menggunakan hutang untuk melipatgandakan taruhan mereka demi keuntungan yang lebih besar.
  2. Kebanyakan kontrak derivatif adalah kontrak one-onone, atau sebutannya kontrak Over The Counter (OTC). Jadi regulator tidak pernah benar-benar tahu siapa bertransaksi dengan siapa, berapa besar nilai taruhan mereka, dan pertanyaan yang paling penting, apakah mereka benar-benar punya uang untuk membayar seandainya taruhan mereka salah.

Seandainya 10% saja kontrak derivatif ini default (gagal bayar), puluhan trilyun dolar baru akan dicetak lagi oleh bank sentral di seluruh dunia, dan lagi-lagi semua orang mendadak menjadi lebih miskin karena daya beli uang mereka kembali menurun. Tetapi bagaimana kalau kontrak derivarif bermasalah ternyata
lebih dari 10%?

Alasan lain mengapa dolar Amerika akan collapse adalah karena defisit anggaran raksasa di neraca perdagangan mereka. Defisit anggaran mereka terus naik dari tahun ke tahun. Sejak 2005, defisit perdagangan mereka lebih dari 700 milyar dolar per tahun. Pada saat yang bersamaan kebanyakan manufaktur Amerika sudah berpindah ke Asia. Dari dalam negeri Amerika sendiri tidak cukup kapasitas produksi untuk memproduksi barang dan jasa yang setara dengan import barang mereka dari seluruh dunia.

Negara-negara yang selama ini membiayai defisit perdagangan Amerika dengan memberikan hutang kepada mereka lewat pembelian treasury note dan government bond Amerika akan mulai menjual surat hutang Amerika yang mereka pegang, mengurangi pembelian surat hutang baru atau bahkan tidak mau membeli sama sekali surat hutang Amerika di tahuntahun mendatang.

Coba Anda bayangkan perumpamaan ini:

Di sebuah desa terdapat 3 orang: A, B, dan C. A menanam jagung, B membuat gerobak, dan C hidup sebagai nelayan yang menjual ikan. Selama bertahun-tahun, mereka berdagang dengan cara barter, di mana produk yang mereka produksi mereka tukarkan dengan produk orang lain dalam jumlah yang menurut mereka nilainya setara.

Pada suatu tahun, karena suatu masalah, tanaman jagung A gagal panen, dan dia tidak punya jagung untuk ditukarkan dengan B dan C. Karena B dan C memang kelebihan persediaan gerobak dan ikan, dan juga karena selama ini A adalah orang yang jujur, maka B & C memutuskan untuk memberikan hutang kepada A. A akan menulis selembar surat hutang, menyatakan bahwa dia akan mendapatkan gerobak dan ikan dari B & C dalam jumlah tertentu, dan akan mengembalikan nilai barang tersebut dengan jagung yang akan dia bayarkan pada musim panen berikut. Hasilnya, semua orang merasa puas. A mendapatkan gerobak dan ikan untuk bertahan hidup, dan B & C pun berhasil “menjual” produksi mereka.

Di musim panen berikut, lagi-lagi A mengalami musibah. Jagungnya kembali gagal panen, dan dia kembali menulis surat hutang kepada B & C untuk “membeli” gerobak dan ikan mereka. B & C sedikit merasa tidak senang, namun karena mereka sangat percaya kepada A, mereka menerima surat hutang dari A. Di hari-hari kemudian, surat hutang yang ditulis A bahkan bisa diperdagangkan antara B & C untuk saling bertukar gerobak dan ikan.

Suatu ketika, A merasa bahwa strategi surat hutang yang dia tulis ini bisa bertahan selamanya, dan dia mulai mengabaikan tanaman jagung dia sama sekali. Dia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk menikmati hidup dan bermain golf. Ketika musim panen tiba, dia tinggal menulis surat hutang baru kepada B & C.

B & C, yang merasa ada yang tidak beres dengan tindakan A, kemudian pergi ke ladang A untuk melakukan investigasi, dan terkejut karena ternyata A bahkan tidak menanam bibit jagung. A sudah tidak memiliki kapasitas produksi yang cukup untuk membayar hutangnya. B & C akhirnya menyadari bahwa “penjualan” mereka kepada A selama ini adalah imaginer. Mereka tidak akan mendapatkan kembali nilai barang (jagung) dari A sebesar nilai gerobak dan ikan yang selama ini sudah mereka berikan kepada A.

Di dunia nyata, A adalah Amerika. Namun, perbedaan A dengan Amerika adalah Amerika memiliki dominasi senjata dan kekuatan militer yang tidak dimiliki oleh A terhadap B & C.

Seandainya A memiliki dominasi militer terhadap B & C sehingga B & C tidak sanggup melawan A, maka mereka harus menerima surat hutang dari A, yang sebenarnya tidak bisa ditukarkan dengan barang, alias B & C harus menyerahkan produksi gerobak dan ikan mereka kepada A secara gratis, sebab surat hutang dari A memang tidak lebih dari selembar “kertas sampah.”

Amerika hari ini sedang di ujung kebangkrutan, satu-satunya senjata mereka adalah kekuatan dan dominasi militer mereka di dunia. Selama penjualan semua komoditi utama di dunia (terutama minyak bumi) masih wajib dilakukan dengan dolar Amerika, mereka bisa yakin bahwa surat hutang dolar mereka akan selalu ada pembeli, sebab setiap negara pasti harus membeli dolar Amerika supaya bisa mengimpor minyak dan komoditi ke negara masing-masing.

Di akhir tahun 2000, Saddam Hussein mencoba melawan dolar dengan mewajibkan penjualan minyak Irak dalam mata uang Euro, dan itu memicu Amerika untuk menyerang Irak. Beberapa tahun kemudian, Saddam pun berakhir di tiang gantungan. Sejak tahun 2006, Presiden Iran Ahmadinejad mulai melakukan hal yang sama. Dia menjual minyak dengan mata uang Euro dan Yen. Tak perlu ditanya, Amerika tidak akan melepaskan Iran. Negara lain yang juga sedang mempromosikan penjualan minyak lewat mata uang Euro adalah Venezuela. Presiden mereka, Hugo Chavez, adalah target berikut.

Kami percaya, suatu saat hegemoni dolar Amerika akan berakhir. Dalam sejarah dunia, semua kekaisaran yang berkembang terlalu besar, yang menghabiskan uang terlalu banyak, selalu berujung ke takdir yang sama, tumbang. Kita memang tidak tahu bagaimana dan kapan penjajahan Amerika terhadap dunia ini akan berakhir, tetapi suatu saat, dan mungkin tidak terlalu lama lagi, negara-negara di dunia, sekalipun secara militer tidak semaju Amerika, akan menolak menerima dolar-dolar sampah dari negeri koboi itu.

Hari ini, akumulasi hutang pemerintah Federal Amerika sudah mencapai $8,9 trilyun, dan di akhir bulan September 2007 ini, Konggres Amerika baru saja menyetujui permintaan pemerintahan Bush untuk menaikkan debt ceiling menjadi $9,82 trilyun pada tahun 2008, artinya mereka akan menerbitkan surat hutang sebesar hampir $1 trilyun lagi dalam waktu 12 bulan mendatang. Dan jangan lupa pemerintah Amerika masih memiliki beban hutang lain dalam bentuk Social Security, Medicare, Homeland Security, dan Federal Employee and Veteran Benefits and Health Care sebesar $76 trilyun (jatuh temponya antara 2008 – 2030) yang tidak tahu akan dibiayai dari mana (politisi Amerika menyebutnya “unfunded liabilities”).

Dalam proses menuju keruntuhan, turunnya nilai dolar akan memicu kenaikan berbagai komoditi utama dunia, sebab semua komoditi dunia (terutama minyak bumi dan gas) diperdagangkan dalam mata uang dolar. Besarnya inflasi yang akan dialami oleh masing-masing negara di dunia akan tergantung performa masing-masing mata uang mereka terhadap dolar Amerika.

Sebagai perumpamaan (angka-angka berikut hanya spekulasi semata)

•    Harga minyak bulan Oktober 2007 : $85 / barrel.
Kurs US – Rp (9150) : Rp 778 ribu per barrel.
•    Tiga tahun mendatang, karena jatuhnya dolar, harga minyak 2010 : $150 / barrel.
Kurs US – Rp (8000) : Rp 1,2 juta per barrel.

Dalam US Dolar, minyak naik 76% dalam tiga tahun menjadi $150 / barrel.
Dalam Rupiah, minyak naik 54% dalam tiga tahun menjadi Rp 1,2 juta / barrel.

(Apresiasi / Kenaikan Rupiah terhadap Dolar Amerika kemungkinan besar tidak akan sebesar yang akan terjadi pada mata uang lain karena efek negatif Peak Oil di APBN.

Korban terbesar seolah-olah adalah rakyat Amerika, tetapi dalam kehidupan riil sebenarnya sama saja. Penduduk (terutama kelas menengah dan orang miskin) di negara-negara lainnya tetap akan menanggung kenaikan biaya hidup mereka. Padahal persaingan antar negara dalam memperebutkan modal kapitalis membuat upah pekerja terus ditekan serendah mungkin. Kelas pekerja akan menghadapi masa-masa yang semakin sulit karena naiknya biaya hidup mereka tidak bisa diikuti oleh naiknya pendapatan riil.

18 September 2007, Gubernur Federal Reserve (Bank Sentral Illuminati), Ben Bernanke, menurunkan suku bunga acuan bank Amerika sebesar 0,5%, dan dia mengindikasikan bahwa Federeal Reserve akan menurunkan kembali suku bunga untuk “meyelamatkan” Amerika dari kemungkinan resesi ekonomi. Di saat semua orang sebenarnya tidak berminat untuk membeli lebih banyak lagi surat hutang Amerika, langkah ini semakin menjerumuskan dolar Amerika ke titik terendahnya dalam sejarah. Tetapi ini benar-benar sesuai dengan skenario dunia yang diinginkan Illuminati. Jatuhnya dolar akan memicu inflasi besar-besaran di Amerika pada tahap awal, dan kemudian menyebar ke negara-negara lain pada tahap berikut.

Bicara soal defisit anggaran, pemerintah Indonesia sudah melakukannya sejak dulu. REPELITA versi Presiden Soeharto dibiayai secara masif lewat hutang luar negeri. Alasan mengapa Indonesia belum bangkrut karena kita memiliki sedemikian banyaknya sumber daya alam yang masih bisa dilego. Namun itu pun tidak bisa bertahan selamanya.

Saat ini, hutang luar negeri pemeritah mencapai 600 trilyun rupiah, ditambah dengan SUN (Surat Hutang Negara) sebesar hampir 800 trilyun, total hutang pemerintah adalah 1400 trilyun : Rp. 1.400.000.000.000.000,- dan angka ini terus bertambah dari bulan ke bulan. Satu hal yang perlu kita renungkan, hutang 600 trilyun luar negeri kita adalah akumulasi sejak lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi SUN adalah produk baru yang diciptakan sejak 7 tahun yang lalu, namun hanya dalam waktu 7 tahun hutang di SUN sudah melebihi hutang ke luar negeri...

Sebuah negara pada dasarnya sama dengan sebuah keluarga, dan sama juga dengan seorang individu, seharusnya berupaya agar uang masuk lebih besar dari uang keluar. Untuk melunasi hutang-hutang ini, logikanya Indonesia harus mempertahankan aset negara sebanyak mungkin, dan kalau perlu memonopoli bisnis-bisnis menguntungkan tertentu agar penerimaan Negara bisa diamankan dan terus bertambah.

Memang benar Indonesia memiliki banyak sumber daya alam, namun aset itu berharga hanya kalau yang memilikinya adalah negara. Namun yang kita lihat terus-menerus beberapa tahun terakhir adalah penjualan BUMN atas nama privatisasi. Suatu hari, ketika BUMN, tanah, dan sumber daya alam yang bias dilego sudah habis, bagaimana pemerintah kita akan menambal kas penerimaan di anggaran belanja negara?
Menaikkan pajak terhadap rakyatnya? Terus-menerus mencetak uang baru dan membawa kita ke era hiperinflasi?

Mengenai sumber daya alam, mungkin lebih jujur kalau pemerintah kita segera mengamandemen kembali pasal 33 UUD menjadi...
“Bumi, air, dan semua sumber daya alam dan mineral yang menguasai hajat hidup orang banyak perlu diprivatisasikan oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran pribadi dan kelompoknya.”

Sebuah contoh kasus menarik, akhir-akhir ini di kota Batam, pemegang hak monopoli atas penyediaan air bersih, PT. ATB, mengancam bahwa bila Otorita Batam tidak mengizinkan mereka menaikkan harga jual air, mereka tidak akan menyambungkan air bersih di perumahan baru yang dibangun para pengembang di Batam. Alasan mereka adalah karena mereka tidak memiliki uang untuk membangun infrastruktur baru dan memperbaiki infrastruktur lama mereka tanpa menaikkan harga jual air, dan menurut mereka, bank tidak mau memberikan pinjaman baru kalau harga jual air tidak dinaikkan. Ironisnya, PT. ATB sanggup membagikan dividen sebesar puluhan milyar setiap tahunnya kepada para pemegang sahamnya. Mengapa beban operasional mereka harus dibebankan kepada penduduk lewat kenaikan harga jual air, bukannya menggunakan cara lain yang lebih umum, seperti menunda atau mengurangi porsi dividen dan menyetor modal kerja baru? Jawabannya adalah karena mereka bisa, hak monopoli memang ada di tangan mereka...

PEAK OIL & Melambungnya Harga Minyak

Teori mengenai Peak Oil pertama kali dikemukakan oleh seorang geolog dari Amerika, Hubbert Peak, pada pertengahan 1950-an. Menurut dia, bila kita sudah mulai memompa setengah dari sumur sebuah minyak, kecepatan pompa akan menurun dan output produksi akan turun setelahnya.

Menurut para geolog minyak, bila tidak ada penemuan minyak dalam jumlah besar di tahun-tahun mendatang, dunia akan segera mencapai kapasitas puncak produksi minyak. Mereka mengatakan bahwa puncak produksi minyak akan terjadi antara 2005 - 2012.

Pada saat perkembangan Asia (terutama Cina & India) sedang menanjak dengan spektakuler, suplai minyak justru stagnan. Spekulasi tentang Peak Oil inilah yang melambungkan harga minyak yang di awal tahun 2001 masih di $20 menjadi sekarang $85 per barel (Oktober 2007). Dan sekarang, kebanyakan orang mulai bertaruh bahwa harga minyak akan segera mencapai angka 3 digit dalam hitungan bulan. Dalam beberapa tahun, harga minyak seperti hari ini, $80-an, tidak akan eksis lagi. Di dekade mendatang, harga minyak akan bertahan di atas level $100 / barel, dengan catatan dolar Amerika tidak collapse. Kalau dalar Amerika ternyata “jatuh bebas” dalam beberapa tahun ini, minyak seharga $200 dolar pun bukan hal yang mustahil.

Produksi minyak dunia : 86 juta barel per hari…………
dan relatif stagnan
Konsumsi minyak dunia : 85 juta barel per hari………...
dan terus meningkat!

Anda jangan menganggap enteng masalah minyak. Hari ini, ketika minyak masih belum mencapai $100 saja, beberapa negara sudah mulai merasakan dampaknya:

Nepal : Kurangnya pasokan bensin dan solar mulai menyebabkan lumpuhnya perdagangan. Para supir taxi menghentikan mobilnya di depan kantor pemerintah untuk memprotes kekurangan minyak ini. Nepal Oil Company (NOC) tidak mendapatkan pasokan dari pemasoknya, Indian Oil Corporation (IOC) karena besarnya hutang yang belum dibayar.
Pakistan : Kekurangan pasokan listrik menyebabkan kerusuhan di Karachi. Selisih antara suplai dan permintaan listrik sudah mencapai 3000 megawatts (MW).
Irak : Sejak diinvasi Amerika, Irak menjadi net importir minyak. Saat ini, pasokan pembangkit listrik Irak bisa macet kapan saja.
Iran : Pengendara bermotor dibatasi untuk hanya boleh membeli 100 liter minyak per bulan. Program subsidi harga minyak membuat pemerintah Iran harus membatasi pembelian minyak oleh rakyatnya. Bila tidak, anggaran mereka bias defisit.
Bangladesh : Defisit pasokan listrik adalah 2000 MW. Akhirakhir ini Bangladesh mendapatkan hak pembangunan reactor nuklir dari IAEA.
Sri Langka : Kurangnya minyak membuat PBB memperingatkan pemerintah bahwa bantuan kemanusiaan dan obat-obatan mungkin akan terhambat. Kegiatan  pembangunan di kota Jaffna dan Wanni macet karena tidak tersedianya minyak.
Cina : SINOPEC mulai berhenti menjual minyak perkilangan mereka kepada perusahaan dan pom bensin yang bukan anak perusahaan mereka karena kurangnya output mereka.
India : Listrik bisa mati 15 jam per hari di New Delhi. Produktivitas industri dan pertanian turun drastis karena kurangnya pasokan minyak. Saat ini India sedang meminta lisensi untuk mendirikan reaktor nuklir.
Vietnam : Defisit listrik sebesar 1000 MW pada jam sibuk. Setiap kantor pemerintah tidak boleh menghidupkan AC di kantor mereka dengan suhu di bawah 77°F. AC harus dimatikan setengah jam sebelum jam pulang, bila tidak akan dikenai denda $1250.
Zimbabwe : kurangnya pasokan minyak dan solar melumpuhkan ekonomi mereka. Pom bensin sama sekali tidak memiliki minyak pada bulan Juni.
Ghana : Defisit $5 juta per hari hanya untuk membeli pasokan minyak.
Nigeria : Kekurangan pasokan pada bulan Juni dipicu oleh mogok kerja, naiknya harga jual minyak lokal, dan penjualan dua perusahaan kilang minyak. Pembunuhan dan perampokan telah membawa Negara ini ke kekacauan besar. Hanya 19 dari 79 pembangkit listrik yang beroperasi, dan matinya listrik menyebabkan kerugian $1 milyar per tahun. Di Nigeria, Angola, dan sejumlah negara Afrika lainnya, setiap perusahaan dan  perumahan harus menjalankan generator karena perusahaan pembangkit listrik sudah sama sekali tidak bisa diharapkan.

Pengaruh minyak terhadap Indonesia?

Indonesia, walaupun adalah negara OPEC, kenyataannya sudah menjadi negara net importir minyak.
Produksi minyak Indonesia : 1,03 juta barel per hari ……….
dan terus menurun
Konsumsi minyak Indonesia : 1,15 juta barel per hari ……….
dan terus meningkat !!!


Mari kita membuat kalkulasi (yang disederhanakan, detail perhitungan riil tidak seperti yang di bawah ini):

Dengan defisit 120.000 barel per hari, dan asumsi harga minyak $85 per barel, pemerintah butuh $10,2 juta per hari, atau $306 juta per bulan, atau $3,67 milyar dolar per tahun untuk mengimpor minyak.

Menurut Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, minyak Indonesia bisa bertahan 23 tahun lagi. Sedangkan untuk gas, Indonesia memiliki cadangan yang cukup untuk minimal 60 tahun ke depan.

Apa yang akan terjadi setelah 23 tahun ini berlalu? Katakanlah saat itu harga minyak masih sama, $85 / barel (sepertinya tidak mungkin), dan konsumsi minyak Indonesia tetap 1,15 juta per barel (juga kurang mungkin). Kalau kita mengimpor semua minyak tersebut, maka kita membutuhkan $98 juta per hari, $2,93 milyar per bulan, atau $35,2 milyar per tahun. Ke mana kita harus mencari uang sebanyak ini? Sebagai informasi, cadangan devisa Indonesia adalah sebesar $55 milyar sampai saat ini, setelah lebih dari 62 tahun merdeka...

Harga minyak bumi amat mempengaruhi anggaran pendapatan dan belanja negara kita. Sebagai negara net importir minyak, Anda bisa lihat, setiap kali harga minyak dunia melambung, mata uang rupiah selalu tertekan. Para anggota DPR kita, entah apa yang mereka pikirkan, masih tetap menggunakan asumsi harga minyak $60 / barrel di APBN tahun 2007 dan juga 2008. Selisih antara asumsi $60 ini dengan harga minyak riil di dunia akan menjadi beban subsidi di anggaran negara kita. Semakin tidak akurat asumsi harga minyak yang mereka gunakan, semakin besar lubang penerimaan yang harus ditambal oleh negara pada neraca transaksi tahun berjalan. Walaupun dolar Amerika akan terus melemah terhadap nyaris semua mata uang yang lain di tahun-tahun mendatang, tetapi terhadap rupiah, dolar AS tampaknya masih relatif kuat. Artinya, ada kemungkinan yang cukup mengkhawatirkan rupiah Indonesia akan melemah bersamaan dengan dolar Amerika di tahun-tahun mendatang terhadap mata uang negara lainnya. Mata uang yang lemah memang bias membantu menaikkan nilai ekspor kita, tetapi di sisi lain dia juga akan menyebabkan ongkos impor meningkat, alias harga barang akan naik!

Solusi teoritis bagi pemerintah untuk menyelamatkan APBN saat harga minyak melambung adalah menjual minyak di dalam negeri dengan mengikuti harga internasional, namun tentu saja, itu cuma solusi teoritis. Anda masih ingat dengan gejolak sosial pasca kenaikan harga minyak oleh pemerintahan Soeharto tahun 1998? Tidak akan gampang menaikkan harga jual minyak di dalam negeri tanpa memicu gejolak sosial dan politik, apalagi daya beli rakyat Indonesia memang tertinggal jauh dibandingkan dengan negara maju. Pendapatan perkapita rakyat Indonesia saat ini adalah sekitar $1.700 / tahun, bagaimana pemerintah bisa menganggap normal kita sanggup membeli minyak dengan harga yang sama dengan negara yang pendapatan perkapitanya $40.000 / tahun?

Akhir-akhir ini, kita sering melihat pejabat Indonesia mengkampanyekan konversi minyak tanah ke gas, sayangnya kebanyakan orang tidak peduli. Sebenarnya konversi ini amat sangat penting, tapi program konversi ini dan berbagai kampanye hemat minyak baik sekarang maupun di masa mendatang tidak akan berhasil kalau pemerintah tidak mau berkata jujur kepada rakyat seserius apa masalah ini sebenarnya. Orang yang tidak menyadari krisis tidak akan gampang dibujuk untuk merubah gaya hidup. Dua puluh tiga tahun tidaklah lama. Kalau anak Anda lahir tahun ini, saat dia tamat SMU, Indonesia sudah kehabisan minyak. Orang Indonesia hanya punya waktu 1 generasi untuk menemukan solusi bagaimana kita harus menghadapi efek dari Peak Oil.

Catatan:

Sejumlah orang mengatakan bahwa minyak sebenarnya bukan bahan bakar fosil. Teori bahwa minyak bumi berasal dari sisa fosil biologis zaman dahulu adalah sebuah kebohongan besar dari Illuminati (yang memang sejak awal menguasai bisnis minyak, media, dan institusi pendidikan). Illuminati ingin menggunakan propaganda Peak Oil untuk menaikkan harga minyak dan mengeksekusi rencana depopulasi dunia mereka. Saat harga minyak naik melewati kemampuan beli sejumlah besar negara, hanya negara-negara yang diizinkan hidup oleh Illuminati yang akan mendapatkan minyak. Beberapa milyar penduduk bumi akan dimusnahkan secara kejam dalam kekacauan dan kepanikan akibat matinya industri dan perdagangan di dalam negeri mereka.
Bukti-bukti bahwa minyak adalah bahan bakar abiotik (bukan fosil), dapat Anda pelajari dengan mencari informasi di internet. Anda bisa mengetik “abiotic oil” di search engine seperti google ataupun yahoo. Rusia mengklaim memiliki teknologi untuk mengekstrak minyak dari kedalaman lebih dari 30.000 kaki di bawah tanah. Mereka sudah melakukannya sejak 1956 dan menurut mereka minyak di dalam perut bumi tersedia secara berlimpah. Semoga mereka benar!

Saat ini, akibat propaganda Peak Oil, semua negara ramairamai mengembangkan minyak nabati yang disebut biofuel. Mereka menggunakan bahan pangan seperti jagung dan gula untuk membuat minyak baru. Sekalipun mereka tahu energy yang diperlukan untuk memproduksi satu unit minyak biofuel lebih besar daripada energi yang kemudian bisa didapat dari satu unit minyak biofuel, rencana ini tetap jalan terus. Efek dari tindakan ini adalah mengurangi lahan pertanian untuk bahan pangan. Tanah pertanian yang sebenarnya untuk memproduksi bahan pangan sekarang sebagian dikonversi sebagai lahan pertanian yang produknya dipakai untuk membuat bahan baku biofuel. Salah satu penyebab kenaikan harga komoditi pertanian beberapa tahun terakhir ini adalah karena hal ini, dan kabar buruk bagi para kelas menengah dan orang miskin adalah intensitas program ini sekarang masih di tahap awal. Di tahun-tahun mendatang, akan ada semakin banyak lahan pertanian untuk memproduksi biofuel dan oleh sebab itu akan membuat pasokan bahan pangan menjadi semakin ketat, alias harga bahan pangan akan terus meningkat.

Sedikit informasi lainnya mengenai bahan pangan: beberapa dekade terakhir ini benih tanaman (padi, gandum, jagung, buah-buahan dll) sudah mulai dialihkan menjadi benih hibrida. Memang hasil panen lebih cepat dan lebih banyak, tetapi sisi lain dari benih hibrida adalah hilangnya kontrol dari petani terhadap apa yang bisa mereka tanami. Benih-benih hibrida ini sudah dipatenkan oleh perusahaan-perusahaan milik Illuminati (Yayasan Rockefeller dan anak perusahaannya dikabarkan menguasai nyaris 95% hak paten atas berbagai benih tanaman hibrida di Amerika). Petani hanya bisa menanam bila mereka bisa membeli benih tanaman dari pemasoknya. Bila perusahaan pemasok benih tanaman tidak mau menjual, maka pasokan bahan pangan akan langsung berkurang hanya dalam beberapa bulan.

Saat ini, organisasi bahan pangan dari PBB, World Food and Agricultural Organization (WFAO) terus melancarkan propaganda agar mereka diberikan hak untuk menentukan tanaman apa yang boleh ditanam ataupun tidak boleh ditanam oleh petani di berbagai negara. Bila suatu hari rencana mereka berhasil, di mana hanya benih hibrida yang boleh ditanam oleh petani, maka Illuminati akan mengontrol suplai makanan di planet ini secara mutlak. Bisakah Anda membayangkan, bahwa tanpa perlu memprakarsai sebuah guncangan pasar financial dahsyat sekalipun, Illuminati sebenarnya bisa menciptakan kekacauan besar di dunia lewat kontrol suplai bahan pangan!


Bagaimana Menghadapi Inflasi?

Seperti yang sudah Anda baca, pelemahan US dolar dan efek Peak Oil adalah pemicu terbesar inflasi di tahun-tahun mendatang.

Sejak awal 2000, dan masih akan berlanjut ke beberapa tahun mendatang, fenomena inflasi tinggi yang digabungkan dengan suku bunga rendah akan menjadi bagian dari kehidupan kita. Sebagai contoh, saya tidak tahu Anda sekarang hidup di kota mana, tetapi tabungan bank di tempat saya menabung membayar kurang dari 3% bunga sebelum pajak kepada ratarata orang, padahal harga barang-barang naik lebih dari 10% per tahun. Banyak orang, setelah bunga tabungannya dipotong biaya admin bahkan harus tekor kalau menabungkan uangnya di bank. Tetapi karena nilai uangnya tidak terlalu besar, kebanyakan orang tidak peduli. Dan ini persis adalah alasan mengapa menciptakan inflasi lebih efektif daripada pajak untuk menyita uang rakyat. Kebanyakan orang memang tidak akan peduli.

Kalau pemerintah mengatakan akan mengenakan tambahan pajak 10% terhadap penghasilan rakyat, maka politisi yang sedang menjabat kemungkinan besar tidak akan terpilih lagi pada pemilu berikutnya. Tetapi bila mereka menciptakan setumpuk suplai uang baru untuk dibelanjakan dan kemudian mengakibatkan inflasi sebesar misalnya 10%, kebanyakan orang tidak akan protes. Itulah hebatnya inflasi. Sama halnya, ketika seorang politisi berjanji akan menaikkan gaji pegawai negeri, atau menyediakan tunjangan finansial tertentu kepada rakyatnya, seandainya di pos pemerintah sendiri tidak ada tambahan pemasukan, maka kemungkinan besar uang itu akan dibiayai lewat uang baru. Ujung-ujungnya, sebenarnya tidak ada manfaat yang bisa didapat oleh rakyat, sebab ongkos hidup setelah uang baru dicetak juga akan naik. Namun, bagi politisi, janji-janji manis ini bisa membantu mereka terpilih kembali di pemilihan berikut. Lain kali, saat Anda mendengar janji-janji manis dari politisi negara Anda, tanyakanlah satu hal ini kepadanya, “Bagaimana Anda akan membiayai janji Anda?” Dengan perbankan yang menganut sistem fractional reserve banking, bank-bank komersial berhak menciptakan kredit kepada orang-orang yang mengajukan pinjaman. Setiap sen yang dipinjamkan bank adalah suplai uang baru. Bila pada saat yang bersamaan kenaikan produksi barang ataupun jasa tidak bisa mengikuti kecepatan pertambahan uang baru, maka akan ada semakin banyak uang yang mengejar lebih sedikit barang / jasa, karena itu harga barang akhirnya akan naik.

Pemenang terbesar dari sistem ini adalah pemerintah, kontraktor pemerintah, dan korporasi-korporasi langganan perbankan, dan tentu saja, BANK. Semakin cepat uang baru yang dicetak sampai ke tanganmu, semakin cepat Anda bias menggunakannya untuk membeli barang-barang yang harganya belum terlanjur naik.

Pecundang terbesar dari sistem ini adalah para pekerja yang cuma mengharapkan pendapatan tetap mereka lewat gaji. Saat suplai uang baru ini sampai ke tangan mereka, harga barang sudah terlanjur naik, sudah terlalu banyak tangan yang dilewati sebelum uang baru ini sampai ke mereka. Jadi, cara pertama untuk menghadapi inflasi adalah:

“Anda harus berada sedekat mungkin dengan suplai uang baru”

Tentu saja, kalau Anda menyimak buku ini dari awal, suplai uang baru yang sekarang kita praktekkan: kredit, uang yang harus dibayarkan kembali beserta bunganya yang tidak pernah diciptakan sejak awal, adalah penyebab dari masalah sejak awal. Kalau Anda sendiri bergabung dengan mereka, Anda akan menciptakan masalah baru bagi orang lain di kemudian hari. Keuntungan yang Anda dapatkan datang dengan mengorbankan orang lain karena Anda cukup pandai untuk mengeksploitasi kelemahan sistem ini.

Kalau tidak mau bergabung dengan mereka, lantas bagaimana? Apa yang harus kita lakukan supaya tidak menjadi korban inflasi?

Coba kita renungkan kembali makna uang...

Di desa pada perumpamaan di atas, A menjual jagung, B menjual gerobak, dan C menjual ikan. Katakanlah di antara A, B, dan C terdapat kesepakatan: 10 kilo jagung = 1 gerobak = 5 kilo ikan. Perdagangan antara A dengan C dalam jumlah berapapun tidak masalah, karena produk mereka bisa dibagi menjadi unit yang lebih kecil tanpa kehilangan fungsi barangnya, tetapi tidak demikian dengan B. Anda tidak bisa membeli ¼ gerobak, atau ½ gerobak, sebab hanya gerobak dalam bentuk 1 unit barang selesai produksi yang memiliki nilai. Jadi akan ada hambatan bagi B ketika dia mau membeli kurang dari 10 kg jagung atau kurang dari 5 kilo ikan kepada A dan C, B tidak sanggup memecah unit gerobaknya tanpa membuat mereka kehilangan fungsi. Inilah sebabnya mereka memerlukan uang. Uang adalah unit penilai barang, dan medium pertukaran supaya barang-barang bisa diperdagangkan.

Tetapi bagaimana bentuk uang yang harus mereka pergunakan?

Cara #1 : Menerbitkan uang yang dibuat dari bahan semurah mungkin dan bisa diproduksi semudah mungkin.

Misalnya begini: A, B, dan C pergi ke desa lain, mencari seorang tukang cetak bernama D untuk menerbitkan uang kertas yang disebut rupiah dan sepakat:
1 kg jagung = Rp 10.000
1 unit gerobak = Rp 100.000
1 kg ikan = Rp 20.000
Mulai sekarang B bisa membeli 1 kg jagung saja, atau 1 kg ikan saja dengan memberikan uang kepada mereka, bukan gerobak.

Tapi ingat, rupiah-rupiah yang dimiliki oleh A, B, dan C ada karena produk mereka: jagung, gerobak, dan ikan. Yang benar-benar berharga adalah barang (jagung, gerobak, dan ikan). Uang kertas (rupiah) sendiri tidak memiliki nilai, dia sama sekali tidak berharga (kecuali ongkos kertasnya).

Cara #2 : Menerbitkan uang yang terbuat dari bahan yang tahan lama, dan jumlahnya terbatas.

A, B, dan C pergi ke desa lain dan mencari seorang tukang emas bernama E untuk membuatkan uang bagi mereka. Emas adalah sebuah logam yang tidak mudah rusak, tidak berkarat, dan jumlah emas yang berhasil ditambang setiap tahun terbatas, jadi tidak bisa dibuat sesuka hati tanpa batas.

Kemudian mereka sepakat:
1 kg jagung = 1 gr emas
1 unit gerobak = 10 gr emas
1 kg ikan = 2 gr emas

Dengan demikian, permasalahan perdagangan mereka juga bisa diatasi. B juga bisa membeli kurang dari 10 kg jagung dan kurang dari 5 kg ikan tanpa harus memecah gerobaknya.

Perhatikan bahwa pada cara kedua sekalipun, kekayaan yang sebenarnya masih bersumber dari barang (jagung, gerobak, dan ikan). Emas tetap hanya sebagai medium pertukaran. Tanpa barang, emas sendiri tidak berharga.

Maka cara kedua untuk menghadapi inflasi adalah:

“Anda harus menjadi PRODUSEN barang (atau jasa) yang bermanfaat ”
Tidak peduli pemerintah atau bank menerbitkan seberapa banyak uang, tidak peduli harga barang naik setinggi apapun, tidak peduli tingkat inflasi sebesar apapun, barang yang bermanfaat yang diproduksi manusia adalah sumber dari kekayaan. 3000 tahun lalu begitu, hari ini begitu, dan 3000 tahun lagi juga akan tetap begitu!

Lebih Jauh Mengenai Misteri Emas...
Mungkin Anda sering mendengar bahwa emas paling pantas dijadikan uang karena dia memiliki nilai intrinsik. Dia tidak seperti kertas yang bisa diproduksi tanpa batas. Karena pertambahan jumlahnya lambat, maka emas selalu memiliki nilai. Menurut kami ini benar-benar omong kosong.

Tidak ada barang apapun di dunia yang memiliki nilai intrinsik! Semua barang bisa memiliki nilai hanya jika dia membawa manfaat. Bila barang itu tidak memiliki manfaat apapun bagi manusia, maka tidak peduli jumlahnya sesedikit apa, atau sesulit apa dia diperoleh, barang itu tetap tak bernilai! Sejarah uang manusia adalah sebuah kisah perang antara D dan E di atas, di mana D dan E masing-masing menganggap uang yang mereka produksilah yang seharusnya digunakan. D menganggap uang kertas (ataupun elektronik) lebih gampang diproduksi, dan karenanya lebih bermanfaat bagi manusia. Sedangkan E berargumentasi bahwa sepanjang sejarah manusia, belum pernah ada seorang (atau sebuah institusi) D manapun yang bisa dipercaya untuk tidak memanipulasi jumlah uang beredar demi kepentingan pribadi mereka sendiri, dan oleh sebab itu, manusia harus menggunakan emas ataupun perak (yang jumlah dan pertambahan produksinya terbatas) untuk dijadikan uang.

Namun, tentu saja, penggunaan emas (dan perak) sebagai uang juga memiliki kelemahan mereka sendiri. Tidak semua negara memiliki tambang emas, apakah demi memiliki uang dalam bentuk emas lantas mereka harus berhutang kepada negara lain untuk meminjam emas? Di samping itu, kekayaan datang dari produksi barang dan jasa manusia, bila kecepatan produksi barang dan jasa tidak bisa diikuti oleh pertambahan jumlah emas yang bisa ditambang, lantas bagaimana?

Bukan kapasitas kami untuk menilai sistem siapa yang lebih baik (D atau E). Namun, sekadar untuk jaga-jaga, kami sarankan Anda untuk mengalihkan sebagian uang Anda ke dalam bentuk emas.

Walaupun sistem keuangan dunia sudah meninggalkan standar emas sejak 1971, emas hari ini masih menjalani fungsi lain sebagai anti-uang (kertas). Setiap kali manusia mulai curiga terhadap apa yang dilakukan pemerintah (bank sentral) terhadap uang mereka, mereka akan selalu kembali ke emas, sebab jumlah emas memang tidak bisa dimanipulasi, dan sampai saat ini memang belum ada barang pengganti emas yang lebih jujur untuk dijadikan uang.

Dan cara ketiga untuk menghadapi inflasi adalah:
“Simpanlah sebagian tabungan Anda dalam bentuk emas”

Menarik untuk Anda ketahui, setiap 30 – 40 tahun sekali, tampaknya akan ada sebuah kejadian yang membuat manusia meragukan uang kertas yang diterbitkan negara. Tabel berikut adalah perbandingan nilai kapitalisasi saham di index Dow Jones terhadap harga emas.
Perhatikan bahwa perbandingan index saham Dow Jones :
Emas selalu kembali ke angka 1 : 1 setiap periode tertentu.

Saat ini (Oktober 2007), index saham Dow Jones adalah sekitar 13.800, dan harga emas sekitar $705/oz. Perbandingannya adalah 17,5 kali. Untuk kembali ke perbandingan 1 : 1 kemungkinannya adalah sebagai berikut
•    Dow Jones turun, emas naik
•    Dow Jones tetap, emas naik banyak
•    Dow Jones naik, emas naik jauh lebih banyak
•    Dow Jones turun, emas tetap
•    Dow Jones turun sangat banyak, emas turun

Apapun yang terjadi dari kelima skenario di atas, tampaknya untuk beberapa tahun ke depan, lebih masuk akal untuk menyimpan uang dalam bentuk emas daripada saham!

Mengenai Kredit (Uang + Bunga):

Terima kasih kepada sistem fractional reserve banking, bankbank komersial bisa meminjamkan “uang” kepada masyarakat tanpa modal. Tidak seperti yang dibayangkan kebanyakan orang, mereka bukan menggunakan uang nasabah yang menabungkan uangnya di bank untuk dipinjamkan kepada orang lain. Setiap sen yang dipinjamkan bank (kredit) adalah suplai uang baru. Namun jangan salah, bila Anda gagal bayar atas “pinjaman” mereka, bank berhak menyita aset jaminan Anda, semuanya dengan menggunakan uang yang bahkan tidak mereka miliki. Ditambah dengan beban bunga yang harus dibayarkan, yang sebenarnya tidak eksis di masyarakat, sebagian masyarakat ditakdirkan untuk kehilangan uang mereka, alias bertambah miskin.

Sebagai contoh, misalnya di suatu masyarakat uang beredar adalah 100 milyar. Bank-bank komersial di sana kemudian berhasil “meminjamkan” 20 milyar kepada masyarakat di sana dalam waktu 1 tahun dengan bunga 15% per tahun. Uang tambahan yang diciptakan bank adalah 20 milyar, bunganya yang sebesar 3 milyar sendiri tidak diciptakan oleh bank. Beban bunga ini harus diambil dari 120 milyar total uang beredar. Kekayaan masyarakat sebesar 120 milyar (100 + 20) akan berkurang menjadi 117 milyar satu tahun kemudian karena harus membayar bunga kepada bank.

Satu tahun kemudian, bank berhasil menyalurkan kredit sebesar 30 milyar dengan bunga 15%. Kali ini beban bunga yang harus ditanggung masyarakat adalah 4,5 milyar, dan kekayaan yang seharusnya dimiliki masyarakat sebesar 150 milyar (100 + 20 + 30) sekarang tinggal 142,5 milyar karenabunga sebesar 7,5 milyar (3 + 4,5) yang harus dibayar kepada bank dua tahun terakhir. Bila siklus ini diteruskan, transfer kekayaan dari masyarakat kepada industri perbankan dan korporasi langganan mereka akan semakin besar dari tahun ke tahun, dan akan ada semakin banyak orang miskin di masyarakat.
Pertanyaannya:
Seandainya berhutang kepada orang lain dan membayar bunga atas pinjaman adalah hal yang salah, lantas bagaimana kita harus meminjam? Tidak mungkin semua orang memiliki semua uang yang diperlukan untuk memulai sebuah usaha bukan?

Jawabannya adalah partnership! Kita tidak perlu berhutang kepada orang lain dan membayar bunga kepadanya, kita bias mengajak orang lain untuk bermitra dengan kita dan melakukan bagi hasil sebesar yang disepakati bersama. Sebagai contoh:

Anda memiliki 20 juta di tangan, dan Anda ingin mendirikan sebuah restoran. Menurut perhitungan Anda, akan membutuhkan 100 juta untuk memulai bisnis ini. Karena masih defisit 80 juta, bukannya meminjam dengan cara konvensional (pinjaman dengan bunga), Anda kemudian mencari mitra untuk memulai usaha ini. Modal akan dibiayai oleh Anda dengan orang tersebut sebesar 20 : 80. Anda, sebagai orang yang menjadi pemilik gagasan dan sekaligus yang akan menjalankan bisnis ini bisa meminta agar bagi hasil dilakukan misalnya sebesar 40 : 60.

Anda mendapatkan uang yang diperlukan, mitra Anda mendapatkan sebuah bisnis baru, dan tidak ada hutang yang tercipta dari transaksi ini. Masyarakat tidak perlu menanggung beban bunga yang diciptakan oleh siapapun. Kami tidak bermimpi bisa mengubah sistem keuangan global maupun di Indonesia sekarang. Mungkin tidak akan ada perubahan apapun sebelum sebuah bencana finansial besar melanda dunia. Mengenai kredit, apa yang bisa kami katakana adalah ini: Bank komersial memang bisa menciptakan kredit, tetapi mereka tidak bisa memaksakan kredit. Kalau Anda tidak mau berhutang, tidak ada yang bisa memaksa Anda untuk melakukannya. Kita setidak-tidaknya masih hidup di Negara yang bebas. Dan untuk negara kita, Indonesia, harapan kami semoga pemerintah bisa segera membeli kembali bank-bank swasta yang beberapa tahun ini dilego ke institusi asing (Temasek Holding dll) atas nama privatisasi. Bank, yang memiliki hak untuk menciptakan kredit dan menagih bunga atas pinjaman kosong mereka, terlalu penting untuk dimiliki institusi luar negeri. Bangsa ini akan terus-menerus menjadi budak dari luar negeri kalau kredit di negara ini dikendalikan oleh orang asing.

Saat ini karena propaganda Peak Oil, para Illuminati sedang menggalakkan bisnis biofuel di seluruh dunia, selain tidak menyelesaikan masalah suplai minyak (energi yang diperlukan lebih besar dari yang didapat), bisnis ini juga akan menghambat pertambahan suplai bahan pangan dunia. Bila Indonesia mengizinkan para Illuminati masuk ke Indonesia dan mengontrol lahan pertanian kita, ditambah dengan penjualan  aset negara lainnya lewat program privatisasi, kami percaya negara ini akan memasuki krisis multidimensi raksasa dalam 1 generasi ke depan. Daripada memilih biofuel, lebih baik mencoba energi alternatif lain seperti batu bara, solar, hydrogen, nuklir, angin, dan lain-lain.
Sumber: Masa lalu uang dan masa depan dunia: Lucifer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar